Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan
di Indonesia .
Sektor pertanian terbukti telah mampu eksis menghadapi krisis ekonomi yang
menimpa bangsa Indonesia .
Untuk itu pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi pertanian dimana
dengan harapan nantinya muncul produk-produk unggulan di satu produk unggulan
di tiap desa.
Pada akhirnya akan tercipta lapangan kerja baru di perdesaan
sehingga dapat mengurangi urbanisasi dari perdesaan.
Perencanaan adalah hal yang sangat penting dalam memulai
usaha Peternakan. Perencanaan usaha akan membantu kita dalam melangkah dan
membuat keputusan-.
Dengan perencanan yang matang kita bisa :
• Membayangkan (memproyeksikan) perjalanan usaha kita ke
depan.
• Merancang pengelolaan sumberdaya yang ada : dana, lahan,
tenaga kerja, dsb.
• Melakukan monitoring/pengawasan disaat usaha berjalan,
apakah sesuai dengan rencana atau tidak, sehingga dapat diambil keputusan yang
tepat.
Beberapa pertanyaan penting sebelum kita memulai beternak kambing
/ wedus / gibas adalah :
1. JENIS KAMBING / WEDUS / GIBAS YANG AKAN DIPELIHARA
Jenis ternak kambing / wedus / gibas yang akan kita pelihara tergantung beberapa
faktor
Jenis peternakan kambing / wedus / gibas dilihat dari segi tujuannya dapat dibedakan :
a. Penggemukan (Fattening)
Yakni beternak yang tujuannya menggemukkan (membesarkan)
tubuh kambing / wedus / gibas untuk
meningkatkan berat badan saat penjualan. Program penggemukan ini biasanya
dilakukan jika ada pasar yang telah ada atau dugaan kuat potensi pasar itu
dapat diraih. Oleh karena itu penggemukan ini biasanya dilakukan peternak pada
saat menjelang Hari Raya Kurban dimana kebutuhan akan kambing / wedus / gibas (jantan) sangat tinggi. Sedangkan penggemukan
diluar momen tersebut sangat jarang ditemukan kecuali pada usaha peternakan
yang telah mempunyai pasar tetap.
b. Pembiakan dari Bibit
Yakni beternak dengan memelihara induk dan pejantan yang
tujuannya adalah menghasilkan anak, dibesarkan dan kemudian dijual. Biasanya
tidak semua peternak memiliki pejantan, namun satu pejantan digilir dengan
memberikan uang rokok kepada pemilik jantan sebagai penghargaan atas jasa
pemeliharaan. Secara tidak langsung kebiasaan ini merupakan teknik peningkatan
produktivitas jantan dan efisiensi biaya.
Usia anak yang dijual juga bervariasi, kadang anak lepas
sapih, dari dan kebanyakan adalah penjualan saat kambing / wedus / gibas dewasa.
c. Peternakan Perbibitan (Penghasil Bibit/Breeding)
Yakni beternak dengan tujuan untuk menghasilkan kambing / wedus
/ gibas kualitas bibit. Usaha pembibitan
ini jarang dilakukan oleh masyarakat karena memiliki persyaratan dan perlakuan
khusus selama proses pemeliharaan berlangsung seperti kualitas induk dan
pejantan yang bagus, proses seleksi anak, dan tata cara kawin harus
memperhatikan silsilah yang baik.
JENIS PETERNAKAN DAN SKALA(BESAR/KECIL) YANG AKAN
DIKEMBANGKAN?
1. Jenis Ternak
2. Jenis Peternakan dan skala yang akan dikembangkan
Sedangkan dari Skala Usaha, peternakan dapat dibedakan :
a. Peternakan Skala Rumah Tangga
Yakni usaha peternakan yang diusahakan oleh masyarakat
disekitar rumah mereka, atau seringkali bergabung dengan bangunan rumah. Jumlah
kambing / wedus / gibas yang dipelihara
biasanya paling banyak 20 ekor.
b. Peternakan Skala Kecil
Yakni usaha peternakan yang lebih besar dari skala rumah
tangga hingga jumlah 500 ekor. Biasanya peternakan ini dikembangkan karena
memiliki pasar tetap.
c. Peternakan Skala Menengah
Yakni usaha peternakan dengan jumlah ternak antara 500-1000
ekor. Di Indonesia, usaha peternakan kambing / wedus / gibas skala menengah ini masih sangat minim
jumlahnya.
d. Peternakan Skala Besar
Yakni usaha peternakan kambing / wedus / gibas dengan jumlah kambing / wedus / gibas diatas 1000 ekor. Skala ini asih sangat jarang
dilakukan di Indonesia .
Kalaupun ada sifatnya hanyalah sebagai Holding Ground (conditioning phase)
sebelum dilepas ke pasar. Sedangkan untuk jenis perbibitan, boleh dikatakan
(hampir) tidak ada.
Perencanaan
Pemilihan Skala ini akan sangat berpengaruh terhadap :
a. Besarnya investasi
b. Teknik pengelolaan (manajemen) peternakan
c. Jaringan pasar yang harus dibentuk
DAYA DUKUNG DARI LINGKUNGAN
a. Lahan
Lahan diperlukan sebagai tempat pembangunan kandang, tempat
menampung limbah baik kotoran (feses), air kencing (urine), dan mungkin sebagai
lahan untuk menanam rumput.
Luas lahan yang diperlukan sangat tergantung dari jumlah
ternak. Luas lahan akan bertambah jika ada program untuk penanaman rumput.
b. Iklim
masing-masing ternak mempunyai secara fisiologis memerlukan
kondisi lingkungan yag tidak berbeda. Secara umum, kambing / wedus / gibas lokal Indonesia akan dapat berkembang
dengan baik kisaran suhu 20-29 derajat celcius.
Jika pakan ternak sangat tergantung dengan pasokan hijauan,
maka penting diperhatikan panjangnya musim hujan dan musim kemarau. Semakin
pendek musim kemarau akan semakin baik.
c. Potensi Hijauan Makanan Ternak
Sumber HMT dapat dibagi dua yaitu rumput lapang (liar) dan
rumput semaian (sengaja dipelihara).
Jika mengandalkan keberadaan rumput liar, penting
diperhatikan populasi ternak yang mengkonsumsi rumput liar di wilayah tersebut.
Umumnya Dinas Peternakan memiliki data tentang Kapasitas Peningkatan Populasi
Ternak ruinansia (KPPTR) dan Potensi Maksimum berdasarkan Sumber Daya Lahan (PMSL).
Jika ada program penanaman rumput, penting diperhatikan
luasan lahan yang diperlukan, rotasi panen dan rotasi pemeliharaan.
d. Potensi Makanan Non Hijauan
Untuk memberikan makanan yang bervariasi dan mengurangi
ketergantungan dari pakan hijauan, dapat juga diinventarisasi potensi pakan non
hijauan, seperti onggok singkong.
Jika pasokan pakan non hijauan dari pembelian, maka penting
diperhatikan hitungan ekonomisnya.
e. Keterampilan yang dimiliki SDM
Sangat penting diperhatikan keterampilan SDM dalam
memelihara kambing / wedus / gibas , sebab kesalahan sedikit saja dalam
pengelolaan dapat mengakibatkan ternak sakit, pertumbuhan kurang,bahkan resiko
kematian. Untuk itu sebelum dijalankan, tenaga pengelola harus mendapatkan
keterampilan yang cukup.
f. Dukungan Dana dan Sistem Kerjasama
Dana untuk memulai usaha ternak kambing / wedus / gibas tidak harus dari diri sendiri. Sangat
dimungkinkan untuk melakukan kerjasama dengan orang lain dengan melakukan
kerjasama kemitraan (syirkah)
Yang penting di dalam syirkah adalah akad yang dilakukan
harus jelas. Mulai dari besarnya dukungan dana, patungan dana jika sama-sama
mempunyai andil modal, sistem bagi hasilnya (persentase pembagian keuntungan)
dan tanggung jawab masing-masing pihak atas resiko kegagalan.
4. Peluang Pasar
Di daerah-daerah pedesaan sebagian besar masyarakat menjual
ternak kambing / wedus / gibas nya melalui pedagang pengumpul (blantik).
Resikonya adalah harga yang tentu lebih rendah (bahkan tidak jarang ditekan)
dari harga di pasar. Hal ini terjadi karena biasanya peternak tidak memiliki
informasi tentang harga pasar, mekanisme penjualan di pasar, adanya jaringan
pedagang kambing / wedus / gibas , dan kadang peternak tidak mau repot-repot ke
pasar.
Namun diwaktu mendatang perlu diusahakan jaringan pemasaran
bagi peternak agar manfaat yang diperoleh juga maksimal.
Paling tidak ada tiga aspek yang penting untuk
diproyeksikan, yaitu :
1. Membuat proyeksi populasi ternak di kandang
Proyeksi ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
jumlah kambing / wedus / gibas dan
berbagai jenis umurnya di waktu ke depan. Sehingga dapat diperkirakan kebutuhan
sumberdaya pada selang waktu tertentu misalnya kapan harus menambah jumlah
pakan, kapan menambah kandang, kapan perlu menambah tenaga kerja, dan kapan
akan ada ternak yang dapat dipasarkan.
Asumsi yang harus dipenuhi untuk membuat proyeksi ini adalah
:
a. Jumlah Induk dan Pejantan yang akan dipelihara
b. Asumsi harga beli dan harga jual
c. Waktu kawin betina setelah melahirkan
d. Koefisien kematian (mortalitas) dari anak
e. Koefisien Produksi betina per kelahiran
2. Membuat Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow)
Yakni proyeksi pemasukan dan pengeluaran uang kas. Proyeksi
ini penting untuk melihat periode pengeluaran dan pemasukan kas sehingga dapat
dilakukan penjadualan kapan harus menyediakan uang dan kapan akan menerima
uang.
3. Membuat Proyeksi Pemasaran
Yakni perkiraan kapan usaha peternakan yanng dijalankan akan
menghasilkan produk yang siap dijual. Asumsi yang harus ada adalah produk apa,
atau kambing / wedus / gibas umur berapa
yang akan dijual.
Proyeksi ini akan lebih baik jika telah ada gambaran tujuan
pemasaran, sehingga selama mas produksi (pemeliharaan) di kandang dapat
dilakukan pendekatan kepada calon pembeli.
4. Membuat Proyeksi Laba Rugi
Yakni perkiraan selisih antara pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan selama berlangsungnya usaha. Dalam usaha skala rumah tangga,
biasanya lemah di pencatatan dan bercampurnya antara uang dapur dan uang untuk
usaha.
Sumber: www.kampoengternak.com / http://suksesternakkambing.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.