Kamis, 23 Agustus 2018

Acara Opening Asian Games yang berlangsung Sabtu (18/8/2018)

#fyi #news #asiangames2018 #openingceremonyasiangames2018 #wishnutama

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Sedih atas nyinyiran warganet yang mempermasalahkan konsep Opeing Games Asian Games 2018, Wishnutama selaku Creative Director pun memberi tantangan.

Acara Opening Asian Games yang berlangsung Sabtu (18/8/2018) berlangsung spektakuler hingga banjir pujian tak hanya dari masyarakat Indonesia tapi juga Internasional.

Indonesia yang jadi tuan rumah Asian Games ke-18 ini pun sukses menyedot perhatian dunia lewat konsep Opening Asian Games yang berlangsung keren parah.

Akan tetapi, di balik semua itu, masih ada juga nyinyiran dari sebagian warganet.

Nyinyiran tersebut mulai dari tampilnya para penyanyi yang lipsync hingga soal stuntman Jokowi yang beraksi naik motor gede.

Stuntman yang berasal dari Thailand yang berhasil membuat decak kagum karena banyak yang menyanka kalau Jokowi sendiri lah yang melakukan aksi 'berbahaya' tersebut.

Akan tetapi, Wishnutama mengaku jujur kalau ia dan tim memang menggunakan stuntman itu.

Bahkan ia juga ikut membuat ide dan merancang konsep hingga memilih sendiri sutradara untuk pengambilan adegan Jokowi naik moge.

Wishnutama juga bahkan ikut melihat proses syuting yang sudah dilaksanakan pada bulan Juli 2018.

"Sebenarnya stuntman atau peran pengganti itu sangat wajar. Tak perlu diperdebatkan. Apalagi beliau seorang presiden, masa iya Presiden Republik Indonesia saya suruh loncat naik motor? Yang gendeng saya ya kalau nyuruh bapak bener-bener loncat naik motor," ujar Wishnutama seperti yang dilansir dari akun Youtube Good Afternoon NET TV, Senin (20/8/2018).

Namun, Wishnutama juga mengapresiasi Presiden Jokowi yang mampu menyempatkan waktunya untuk mau bekerja sama dengan tim Asian Games 2018.

"Yang menurut saya luar biasa, yakni seorang presiden niat untuk mau mensupport ini dan merelakan waktunya, syuting berkali-kali take, support dari Paspampres juga luar biasa," ujarnya lagi.

Tak hanya itu, masalah lipsync penyanyi pun jadi bahan nyinyiran warganet. Wishnutama juga tak menampik kalau memang lipsync.

Akan tetapi, Wishnutama juga menjelaskan lipsync itu diperbolehkan, asalakan suara saat rekaman adalah benar suara sdi penyanyi.

"Lipsync itu tadi saya sampaikan adalah hal yang wajar dalam sebuah industri entertainment. Asal, ya itu tadi betul-betul menggunakan suara sendiri," tuturnya seperti yang dikutip dari akun Youtube Dunia Manji, Selasa (21/8/2018).

Lebih lanjut, Wishnutama heran mengapa lipsync ini justru dipermasalahkan di Indonesia.

Padahal, penyanyi dunia atau Internasional juga pernah melakukan lipsync.

"Pernah gak sih ada di dunia Internasional ini pagelaran manapun yang lipsync itu dipermasalahkan? IRasalnya sepanjang karir saya baru kali ini lipsync dipermasalhkan, apalgi di Indonesia," kata Wishnutama.

Tak hanya itu, Wishnutama menyebutkan lipsync ini demi menghindari risiko.

Pasalnya, semua pengisi acara yang berjumlah ribuan mulai dari penari, penyanyi hingga paspampres menggunakan earpiece wireless, atau peralatan tanpa kabel ini berhubungan dengan sinyal.

Nah, kalau dari penyanyi ada yang bernyanyi live maka akan menggganggu frekuensi sinyal earpiece wireless.

Mengenai komentar-komentar dari warganet, Wishnutama sebenarnya merasa kagum.

Akan tetapi, ketika ada komentar nyinyir, menurutnya warganet tersebut tak mampu melihat keberhasilan secara keseluruhan.

Menurut Wishnutama, ia merasa miris melihat warganet yang nyinyir.

Padahal, ia dan tim yang lain sudah menyiapkan sejak 1,5 tahun yang lalu.

Bahkan menurut Wishnutama juga, tim membuat properti Opening Asian Games 2018 mulai dari gunung, air terjun ini membutuhkan waktu selama 4 bulan.

Sementara, untuk pembongkaran panggung saja harus membutuhkan waktu 60 jam

"Terus terang saya sebagai creative director sedih, apa namanya sebuah karya seni tetap dicari-cari kesalahannya, sementara dunia Internasional mengakui dan menghargai," jujur Wishnutama.

Wishnutama meminta para warganet Indonesia agar jangan mencari-cari kesalahan.

Ketika ditanya apa balasan Wishnutama untuk warganet yang hanya bisa nyinyir, ia mengaku tak bisa dibalas lagi dengan nyinyiran.

"Jujur untuk punya kemampuan berkompetisi nyinyir saya enggak punya kemampuan itu.

Tapi kalau mau berkompetisi kreatif, berkompetisi karya, ayo mari," tantang Wishnutama di akhir pembicaraannya dengan Anji.

Sumber : facebook

Rabu, 15 Agustus 2018

Kerajaan Ubur-ubur

Kerajaan Ubur-ubur di lingkungan Sayabulu, Kota Serang, Banten membuat resah warga. Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus turun langsung bersama kepolisian untuk mengecek dugaan adanya penyebaran aliran diduga menyimpang tersebut.

Pada Selasa (14/8/2018) dua orang pengurus Kerajaan Ubur-ubur dipanggil oleh pihak Polres Serang Kota. Pertama adalah Sony selaku seksi keamanan dan Nursalim sebagai Ketua Program Kerajaan Urusan Ritual dan lain-lain.

Dari kedua orang tersebut yang diperiksa, Kapolres Serang Kota AKBP Komarudin mengatakan pimpinan mereka menggunakan nama Kerajaan Ubur-ubur hanya sekedar penamaan. Ada 8 pengikut tetap yang ikut dalam setiap kegiatan Aisyah dan suaminya.
.
"Sementara ini hanya nama-namaannya saja," ujar Komarudin kepada detikcom, Serang, Banten, Selasa (14/8/2018)

Di kelompok mereka, Aisyah menurutnya meminta sumbangan kepada setiap anggota. Jumlahnya tidak ditentukan dan hanya sukarela untuk mendukung kegiatan Kerajaan Ubur-ubur.
.
"Belum ada indikasi ke arah penipuan, kalaupun ada iuran, itu sebatas sukarela," katanya.

Polisi menurutnya terus mendalami Kerajaan Ubur-ubur yang membuat resah warga. Termasuk apakah ada unsur penistaan agama oleh kelompok tersebut. Rencananya, pemanggilan akan terus dilakukan sampai kepada pimpinan kerajaan. (detik)
.
Video dari Youtube Tino MS

Selasa, 14 Agustus 2018

SYAIR UNTUK KYAI MA'RUF AMIN

Oleh Rohmatullah Adny Asymuni

أبدأ بسم الله والرحمن # أكتب الشعر لكياهي أمين

Dengan menyebut nama Allah yang maha Rahman # saya tulis syair untuk kyai (Ma'ruf) Amin.

وصلى الله على من قد ارسلا # محمد واله وصحبه العلى

Sholawat atas seorang utusan # Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya yang mulia

وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا

Dengan keseniorannya beliau dapati keutamaan# keharusan bagiku memujinya (Doa Imam Ibnu Malik pada gurunya Imam Mu'thi)

وهو أمين مشهور بالمعروف # طوبى لمن يختاره بالصدق
Beliau, Kyai Amin yang terkenal dengan Ma'ruf # keberuntungan memilihnya

اهل الإندونسين محتاج # الى الامام العادل الأمين
Penduduk Indonesia membutuhkan # pemimpin adil dan amin (punya integritas).

وهو أمين عالم محققا # وقدوة في الحياة لاريب حقا

Beliau seorang amin (punya integritas) cendekiawan nyata # panutan kehidupan tanpa ragu

اندونسياسيما يحتاج # الى حركة السلام والامن
Apalagi Indonesia butuh (sosok) yang bergerak pada kedamaian dan keamanan.

فكياهي المعروف معروف # بحركته السماحة والسلام
KH Ma'ruf sudah terkenal # pergerakannya toleran dan kedamaian

فياخسران لمن لايختاره # فطوبي مع سلام من يختاره
Rugi sekali bagi yang tak memilihnya # dan beruntung bagi pemilihnya penuh keselamatan

فكيف لا وهو اللإمام العالم # وكبار العلماء الاندونسيين
Bagaimana tidak, beliau Imamnya orang alim # ulama besar Indonesia

لاشك في دوره تجملا # اهل البلاد والمسلمين جامعا

Tak diragukan, perannya memperindah bangsa dan umat islam

فيأيها اهل الاندونسيين # حيا بنا نختاره بأمنين

Duhai penduduk Indonesia # pilihlah beliau dengan aman.

والله نسأل ان يرحمنا # بإتيان الامام الرئيس الأمين

Dan pada Allah kami memohon # didatangkan pada kami pemimpin yang amanah.

Ditulis di Pondok Pesantren Alnahdlah Depok.

Senin, 13 Agustus 2018

Untuk Para Penghujat KH. Ma'ruf Amin

ﺇﻋﻠﻢ ﻳﺎ ﺃﺧﻲ ﺃﻥ ﻟﺤﻮﻡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء
ﻣﺴﻤﻮﻣﺔ ﻭ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻫﺘﻚ
ﺃﺳﺘﺎﺭ ﻣﻨﺘﻘﺼﻬﻢ ﻣﻌﻠﻮﻣﺔ ﻭ ﺃﻥ ﻣﻦ
ﺃﻃﻠﻖ ﻟﺴﺎﻧﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺑﺎﻟﺜﻠﺐ
ﺇﺑﺘﻼﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺒﻞ ﻣﻮﺗﻪ ﺑﻤﻮﺕ
ﺍﻟﻘﻠﺐ - ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ -

" Ketahuilah wahai saudaraku.. Bahwa
daging para Ulama itu beracun. Dan balasan Allah bagi orang yang merendahkan mereka
sudah sangat diketahui. Barang siapa yang lisannya berkata buruk atas mereka maka Allah akan balas ia dengan kematian hati sebelum kematian jasadnya. - Al-Hafidz Ibnu Asakir -

ﺇﻥ ﺍﻟﻮﻗﻮﻉ ﺑﻨﺤﻮ ﻏﻴﺒﺔ ﺃﻭ ﻧﻤﻴﻤﺔ
ﻓﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ
ﻣﻦ ﻛﺒﺎﺋﺮ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﻓﻔﺎﻋﻠﻪ ﻓﺎﺳﻖ
ﻣﺮﺩﻭﺩ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ  -- ﻭ ﻗﺪ ﺟﺮﺏ
ﺃﻧﻪ ﻣﻦ ﻭﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺍﻣﺘﺤﻦ
ﺑﺴﻮء ﺍﻟﺨﺎﺗﻤﺔ ﻭ ﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ -
ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﺯﻳﻦ ﺑﻦ ﺳﻤﻴﻂ -

" Sesungguhnya berkomentar buruk atas Ulama dengan menggunjing atau mengadu domba itu termasuk dari dosa- besar. Pelakunya dihukumi fasiq dan kesaksiannya tidak diterima. Dan sudah termasuk hal yang mujarab, bahwa orang yang berkata buruk atas ulama maka ia akan mati su'ul Khotimah.." -Al Habib Zain Bin Smith-

Mereka yang menghujat KH. Ma'ruf Amin itu sejatinya tak pernah membela kebenaran.
Mereka hanya membela ego dan nafsu amarah
mereka. Persis seperti dalam sebuah 'dawuh' yang konon adalah kalam Imam Malik :

"Ketika engkau melihat seorang yang mengaku membela kebenaran, tapi ia malah menghujat, menggunjing dan mencaci maki, maka
ketahuilah bahwa niatnya tidaklah benar. Karena kebenaran tak pernah membutuhkan itu semua.. "

Mereka tak ubahnya orang yang mencelakakan dirinya sendiri dengan membenturkan
kepalanya kepada sebuah gunung..

ﻳﺎ ﻧﺎﻃﺢ ﺍﻟﺠﺒﻞ ﺍﻟﺸﻢ ﻟﻴﻜﻠﻤﻪ *
ﺃﺷﻔﻖ ﻟﻨﻔﺴﻚ ﻻ ﺗﺸﻔﻖ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﺠﺒﻞ

" Wahai kau yang membenturkan kepalanya kepada sebuah gunung yang tinggi untuk melukainya..  Kasihanilah dirimu, jangan kasihani gunung itu.. "

Seorang yang dengan mudahnya berkomentar
buruk atas seorang ulama maka - tanpa ia sadari - ia telah berada dalam bahaya yang sangat besar, meskipun Sang Ulama telah memaafkan  tapi Allah dan Rasul-Nya tak akan membiarkan Ulama-Nya direndahkan begitu saja..

Saya jadi teringat sosok Syaikhina Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy, beliau - seperti halnya KH. Makruf - dulu dipuja-puja dan dihormati. Tapi setelah konflik Suriah meletus, hanya karena nggak pro Demonstran dan pihak yang anti pemerintah beliau dicaci maki habis-habisan. Dituding sebagai Syiah, Ulama Su', Penjilat pemerintah, dan fitnah-fitnah keji lainya. Kitab-kitabnya dibakar dan namanya selalu menjadi bulan-bulanan media. Imbasnya Jama'ah pengajiannya yang dulu sekitar 5-ribuan berkurang drastis nggak sampai seratus orang. Jasa-Jasanya selama puluhan tahun membimbing dan mengayomi rakyat Suriah sama sekali tak dihargai, puncaknya beliau 'Syahid' dibom ketika mengajar Tafsir di Masjid Jami' Al-Iman bersama puluhan murid-muridnya.

Setelah Syaikh Buthy wafat, seorang wanita Sholihah di Damaskus bermimpi bertemu Rasulullah Saw, ( Sebagaimana diceritakan Cucunya Syaikh Mahmud Al-Buthy dan Muridnya Syaikh Muhammad Al-Fahham).

Dalam mimpi itu Rasulullah Saw memakai pakaian yang sangat indah, beliau berkata pada Syaikh Buty yang ada di depannya : " Pergilah kau menyusul ayahmu di sana.." ( Syaikh Mulla ayah Syaikh Buthy adalah salah satu Awliya' besar di zamannya ).

Wanita Sholihah itu lantas bertanya kepada Rasulullah :

" Bagaimana dengan mereka yang menyakitinya Wahai Rasul.. ?"

Syaikh Buthy menimpali : " Saya sudah memaafkan mereka Ya Rasulullah .. "

Tapi Rasulullah Saw dengan nada marah berkata : " Adapun aku.. Aku tak akan pernah memaafkan mereka.. "

Jadi jangan kira 'komentar' buruk atas seseorang- di lisan atau tulisan - itu sebuah perkara 'remeh'.. Apalagi jika berkaitan dengan harga diri para Ulama. Allah tak akan pernah diam melihat para Kekasih-Nya direndahkan dan disakiti ..

  من عادى لي و ليا فقد آذنته بالحرب .. إن لم يكن العلماء أولياء فليس لله ولي ..

Kita boleh berbeda pendapat dengan para Ulama, tapi jangan sampai hal itu justru menghilangkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang sedari dulu dikenal sebagai Bangsa yang sangat menjunjung tinggi Tadhim dan budi luhur kepada para kiai dan ulama, lebih-lebih kepada para kiai sepuh. Saya tak ingin mengomentari sikap yang diambil Kiai Ma'ruf, namun saya yaqin haqqul yaqin 'Ghiroh' beliau terhadap Agama jauh lebih besar daripada kita.

Dengan ilmu dan kapasitas yang beliau miliki tentunya beliau lebih tahu sikap mana yang harus dipilih dan kemana ia harus melangkah. Tak elok rasanya jika kita yang bukan siapa-siapa, tak tahu apa-apa dan minim jasa kepada Ummat ini malah 'sok-sok'-an mengomentari dan menyetir keputusan apa yang seharusnya ia ambil. Itu sudah di luar ranah dan zona kita..

Seperti yang dikatakan pepatah Hadhramaut :

" Qif inda Haddak.. wa illa Takun Dhiddak.."

Jangan engkau lewati batasmu, jika tidak kau akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri.."

* Ismael Amin Kholil, 22 Rojab 1439 H.

Sabtu, 11 Agustus 2018

Khutbah Idul Adha: Mengurai Makna Ibadah Kurban dan Haji

Abah, NU Online | Kamis, 31 Agustus 2017 20:32
Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا  بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال ايضا : وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Ungkapan rasa syukur sudah seharusnya kita ungkapkan biqouli alhamdulillah karena sampai dengan saat ini kita masih mendapat kepercayaan dari Allah SWT untuk tetap bisa menikmati karunia Allah untuk tetap dapat menginjakan kaki kita di atas bumi-Nya. Terlebih lagi saat ini kita masih di berikan-Nya kesempatan untuk bertemu dengan Hari Raya Idul Adha 1438 H. Mudah-mudahan semua ini mampu menjadi motivasi kita untuk meningkatkan dan memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Idul Adha adalah salah satu hari raya dalam agama Islam yang di dalamnya menyimpan berbagai peristiwa monumental dari peradaban kehidupan di bumi. Peristiwa tersebut selanjutnya diabadikan dalam sebuah ritual ibadah. Dua ibadah yang sangat identik dengan Hari Raya Idul Adha adalah ibadah kurban dan haji. Kedua ibadah ini mengandung nilai keteguhan dan keimanan dan menjadi bukti pengorbanan yang di dasari dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Hadirin Rahimakumullah

Ibadah kurban adalah ibadah yang berawal dari sejarah ketika Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail, dengan cara disembelih. Berbekal keimanan yang tinggi, Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang disampaikan Allah melalui sebuah mimpi. Namun, sebelum Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, malaikat membawa seekor kambing dari surga sebagai ganti untuk disembelih. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Asshoffat: 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Dari sejarah inilah umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban yang pada hakikatnya merupakan sebuah ibadah untuk mengingatkan kita semua untuk kembali kepada tujuan hidup, yaitu beribadah kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzaariyaat: 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.”

Hikmah dari ujian Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya adalah keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT. Keikhlasan menjadi salah satu kunci untuk memperoleh ridha Allah dengan menjalankan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Jika kita melaksanakan ibadah tanpa didasari oleh keikhlasan maka niscaya yang kita lakukan akan menjadi sebuah kesia-siaan belaka.

إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Artinya: Allah tidak menerima amal, kecuali amal (ibadah) yang dilandasi keikhlasan dan karena mencari keridhaan Allah SWT (HR. Nasa’i)

Dalam berkurban kita harus ikhlas dan siap mengorbankan sebagian harta kita untuk orang lain yang pada hakikatnya perlu kita camkan bahwa semuanya adalah milik Allah SWT. Dikarenakan ibadah kurban adalah untuk Allah SWT maka sudah seharusnya kita memberikan hewan kurban yang terbaik yang kita punya. Prinsip ini akan menjadi bagian dari ketaatan kita kepada Allah.

Hikmah lain dari ibadah kurban dapat dilihat dari makna kata kurban itu sendiri. Kurban dalam Bahasa Indonesia berarti dekat. Oleh karena itu, kurban dapat diartikan mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya melalui wasilah hewan ternak yang dikurbankan atau disembelih.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Ibadah selanjutnya yang identik dengan Hari Raya Idul Adha adalah ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Ibadah haji merupakan kewajiban bagi kita umat Islam yang memiliki kemampuan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 97:

وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.“

Mampu melaksanakan Rukun Islam yang kelima ini memiliki artian siap untuk mengorbankan harta yang dimiliki sebagai wujud syukur atas nikmat harta dan kesehatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesiapan kita mengorbankan harta untuk menjadi tamu Allah di Baitullah sekaligus mengajarkan kepada kita untuk menjauhi sifat kikir dan cinta terhadap kekayaan materi.

Pengorbanan kita dalam berhaji juga mengajarkan kepada kita untuk tidak membangga-banggakan kekayaan ataupun kelebihan yang kita miliki karena pada dasarnya semua itu adalah karunia dan anugerah dari Allah. Sudah seharusnya semua itu kita syukuri untuk menjadi modal kita untuk tekun beribadah kepada Allah SWT.

Ibadah haji juga mengajarkan kepada kita untuk saling membantu dan saling bekerja sama dengan orang lain. Seperti yang kita ketahui, perjalanan ibadah haji ditempuh dengan berduyun-duyun dalam sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan kesulitan dan pengorbanan.

Di dalamnya harus diikuti dengan semangat juang tinggi tanpa putus asa disertai dengan kedisiplinan dan kesabaran untuk mencapai sebuah tujuan. Akhlaqul Karimah kepada sesama manusia juga harus dikedepankan diiringi dengan kesadaran bahwa niat kebaitullah adalah untuk beribadah. Bukan untuk yang lain.

Dengan niat yang benar, ibadah haji harus dapat membangkitkan semangat dan kesadaran diri untuk saling mengingatkan dalam kebenaran, menasehati dalam kesabaran dan menebarkan kasih sayang kepada seluruh ciptaan Allah SWT.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Ibadah haji juga merupakan wujud ketaatan dan ketundukan kita kepada perintah Allah SWT. Ibadah haji adalah ibadah yang sudah ditentukan waktunya dengan artian harus meninggalkan aktifitas duniawi untuk fokus beribadah bagi kepentingah ukhrowi.

Dalam ibadah haji para jamaah melakukan rangkaian ibadah sebagai upaya membersihkan diri dari dosa seraya mengharapkan ampunan, rahmat, dan ridha Allah SWT. Mereka juga melatih kesabaran dengan kedisiplinan rangkaian ibadah sekaligus melupakan urusan dunia yang sering membuat hati manusia lalai mengingat Allah SWT.

Dengan hanya mengenakan kain ihram berwarna putih, para jamaah diingatkan dengan kain kafan ciri khas dari kematian yang pasti akan datang kepada setiap yang bernyawa. Kita berasal dari Allah dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali. Kita pasti akan berpisah dengan semua yang kita cintai dan berpisah dengan yang mencintai kita. Semua akan kembali kepada sang pemilik yang hakiki, Allah SWT.

Dalam ibadah haji, jamaah juga melakukan ibadah lainnya seperti Tawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali dan melakukan lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah yang dinamakan dengan Sa'i. Dalam ibadah ini para jamaah berdoa untuk senantiasa mendapatkan pertolongan Allah SWT dan perlindungan dari dosa yang timbul dari hawa nafsu dan godaan Setan.

Ibadah Towaf dan Sa'i memiliki makna yang mendalam agar kita senantiasa berusaha tanpa henti dan berhijrah melalui bentuk aktivitas berlari untuk meraih kemuliaan dengan berserah diri kepada Allah. Dengan senantiasa membersihkan hati dari sifat yang tercela, kita harus menanamkan tekad untuk mencapai puncak kesucian.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Allah SWT telah menjanjikan Surga Allah SWT kepada umat Islam yang melaksanakan haji dengan niat tulus karena Allah dan dapat meraih predikat mabrur.

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya: haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surga (HR. Nasa’i).

Lalu, apa yang dimaksud dengan haji mabrur? Haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri kemaksiatan. Hal ini sesuai dengan makna kata “al-mabrur” yang diambil dari kata al-birr yang artinya adalah ketaatan. Dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang dijalankan dengan penuh ketaatan sehingga tidak tercampur dengan dosa. Haji mabrur juga merupakan haji yang maqbul atau diterima oleh Allah dan akan dibalas dengan al-birr (kebaikan) yaitu pahala.

Haji mabrur dapat ditandai dengan terlihatnya seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat dan dosa yang ia lakukan.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Dengan hikmah dua ibadah ini yaitu kurban dan haji, sudah merupakan kewajiban bagi kita selaku umat Islam untuk menyakini bahwa Allah memiliki tujuan dalam memberikan setiap perintah kepada manusia. Allah pasti akan memberikan yang terbaik kepada kita jika kita juga berbuat baik dan mematuhi perintah-Nya. Keyakinan dan keikhlasan untuk mematuhi perintah-Nya akan membawa kebaikan kepada kita.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Akhirnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah SWT agar semua ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Ya Allah, ya Rahman, limpahkanlah Rahman Rahim-Mu. Curahkanlah hidayah-Mu sehingga kami dapat meraih keridhaan-Mu. Hanya kepada Engkaulah kami mempercayakan diri kami. Janganlah Engkau membiarkan kami berjalan sendiri tanpa kendali hidayah-Mu. Ya Allah......

Ya Allah, ya Rahim, kami mempersembahkan ke hadirat-Mu, sekelumit pengorbanan berupa hewan kurban, yang nilainya jauh tak sebanding dengan luas pemberianmu dan kasih sayang-Mu, yang tiada terhingga banyaknya dan kami tidak mampu memperhitungkannya.

Ya Allah perkenankanlah kami untuk sampai ke Mekkah, Madinah, dan Arafah untuk menjadi tamu-Mu menjalankan ibadah haji. Berikanlah kami rezeki menjadi haji mabrur. Anugerahkanlah ridha-Mu dan sayangilah kami.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لاَ إِلَهَ إِلاّ الله وَلَهُ الْحَمْدُ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُوْن.

اللهُ اَكْبَرْ3X وَللهِ الْحَمْد.
الْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ بَسَطَ لِعِبَادِهِ مَوَاعِدَ إِحْسَانِهِ وَإِنْعَامِه ، وَأَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذِهِ الأَيَّاّمِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَإِكْرَامِه ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَزِيْلِ إِفْضَالِهِ وَ إِمْدَادِهْ ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ جُوْدِهِ بِعِبَادِهِ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِىْ مُلْكِهْ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ عِبَادِهِ وَزُهَّادِهْ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا أُمَرَاءَ الْحَجِيْجِ لِبِلاَدِ اللهِ الْحَرَامِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اللهُ اَكْبَرْ3 X وَللهِ الْحَمْد ، أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهْ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Muhammad Faizin, Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu

DILEMA ANTARA TERMASUK QURBAN SUNNAH ATAU QURBAN WAJIB (NADZAR)

Setahu saya, qurban wajib adalah qurban yang wajib dilaksanakan misalnya dengan sebab nadzar. Sedangkan qurban pada dasarnya sunah. Yaitu menyembelih ternak qurban pada 10, 11, 12 dan 13 bulan Besar, seperti biasa. Orang yang qurban sunat bisa mekan dagingnya sekedar sampai 1/3 bagian. Yang saya belum jelas begini, Pak.
Suatu ketika, saya beli kambing (akan saya jadikan qurban). Tiba-tiba tetangga saya bertanya: ‘Beli kambing untuk apa pak? Saya menjawab untuk saya jadikan qurban. Nah, kata pak Kyai tetangga saya, karena saya sudah berkata seperti jawaban diatas, qurban saya telah berubah menjadi qurban nadzar. Saya lalu heran, mengapa barang yang asalnya sunat (qurban sunat) hanya karena saya katakan saja sudah berubah menjadi qurban nadzar yang sifatnya wajib. Karena sudah menjadi wajib, barang tentu saya tidak bisa makan dagingnya barang sedikitpun.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah betul kata Pak Kyai tetangga saya itu?
2. Apakah barang sunah karena sudah dikatakan seperti tadi bisa berubah menjadi wajib?
3. Bagaimana caranya supaya qurban sunah bisa terhindar dari wajib, sehingga saya bisa makan dagingnya hingga 1/3 bagian?
Jawaban
1. Karena pertanyaan saudara sangat erat hubungannya dengan masalah nadzar maka sebaiknya kita tinjau dulu bagaimana nadzarbisa terjadi.
a. Penjelasan kitab Bajuriy juz 2 halaman 329:
وَأرْكَانُهُ ثَلاَثَةٌ: نَاذِرٌ وَمَنْذُورٌ وَصِيْغَةٌ … وَفِى الصِّيغَةٍ كَونُهَا لَفْظًا يُشْعِرُ بِاللإلْتِزَامِ وَفِى مَعْنَاهُ مَا مَرَّ فِى الضَّمَانِ كَللَّهِ عَلَيَّ كَذَا وَعَلَيَّ كَذَا فَلاَ تَصِحُّ بِالنِيَّةِ كَسَائِرِ العُقُودِ وَلاَ بِمَا لاَيُشْعِرُ بِالإلْتِزَامِ كَأَفْعَلُ كَذَا.
Rukun-rukun nadzar ada tiga: 1. orang-rang yang nadzar 2. perkara yang dinadzari 3. sighat (ucapan yang menunjukkan nadzar)’ Dalam masalah sighat, adalah adanya lafal (ucapan) yang menunjukkan adanya penetapan dan dalam pengertian penetapan (mewajibkan) ini adalah keterangan bab dlaman (tanggungan). Yaitu seperti kata ‘Demi Allah wajib atasku perkara seperti ini atau wajib atasku perkara seperti ini. Maka sighat tidak sah hanya sekedar niat (tanpa diucapkan), sebagaimana juga tidak sah semua aqad hanya dengan niat. Juga tidak sah sighat yang tidak menunjukkan penetapan (mewajibkan) seperti ucapan: ‘Saya melakukan seperti ini’.
b. Kitab Tadzhib halaman 254:
… وَشَرْعًا الوَعْدُ بِالخَيْرِ خَاصَّةُ أو اِلْتِزَامُ قُرْبَةً لَمْ تَتَعَيَّنْ بِأصْلِ الشَّرْعِ… وَالثَّانِى أنْ يَكُونَ غَيْرَ مُعَلَّقٍ كَأنْ يَقُولَ للهِ عَلَيَّ صَوْمٌ أو حَجٌّ أو غَيْرُ ذَلِكَ.ٌ و َجٌّ و َيْرُ َلِكَ..
‘Pengertian nadzar secara syara’ berarti janji melakukan kebaikan tertentu atau menetapkan (mewajibkan dirinya) melakukan perkara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang perkara tersebut pada hukum asalnya tidak wajib’ Yang kedua: adanya nadzar tersebut tidak diambangkan/digantungkan pada sesuatu seperti ucapan: ‘Demi Allah, wajib bagiku puasa atau haji atau yang lainnya.
2. Selanjutnya marilah kita perhatikan ucapan-ucapan Jumhurul Ulama’ (mayoritas ulama) pada keterangan di bawah ini mengenai nadzar dan qurban:
a. Kitab Bajuriy juz 2 halaman 310:
وَقَولُهُ مِنَ الأُضْحِيَّةِ المَنْذُورَةِ اى حَقِيْقَةً كَمَا لَو قَالَ: للهِ عَلَيَّ ان أُضْحِيَ بِهَذِهِ, فَهَذِهِ مُعَيَّنَةٌ بِالنَذْرِ إبْتِدَاءً, كَمَا لَو قَالَ للهِ عَلَيَّ أُضْحِيَّةٌ… أوْ حُكْمًا كَمَا لَوْ قَالَ هَذِه اُضْحِيَةٌ اَو جَعَلْتُ هَذِهِ اُضْحِيَةٌ فَهَذِهِ وَاجِبَةٌ بِالجَعْلِ لَكِنَّهَا فِى حٌكْمِ المَنْذُرَةِ.
Yang termasuk qurban nadzar sebenarnya adalah seperti apabila seseorang berkata: ‘Demi Allah wajib atasku berqurban dengan ini’ maka ucapan itu jelas sebagai nadzar sejak awal. Hal ini sebagaimana apabila seseorang berkata ‘Demi Allah wajib atasku qurban” atau secara hukum sebagai nadzar. Seperti bila seseorang berkata: Ini adalah hewan qurban’ atau diucapkan ‘Aku menjadikan ini sebagai hewan qurban’. Maka ini adalah wajib disebabkan kata ‘menjadikan’, akan tetapi dalam konteks hukum yang dinadzari.
b. Kitab Bajuriy juz II halaman 305
… مِنْ قَوْلِهِمْ هَذِهِ اُضْحِيَةٌ, تَصِيْرُ بِهِ وَاجِبَةً وَيَحْرُمُ عَلَيْهِمْ الأَكْلُ مِنْهَا وَلاَ يَقْبَلُ قَولُهُمْ, أرَدْنَا التَّطَوُّعَ بِهَا خِلاَفًا لِبَعْضِهِمْ وَقَالَ الشِبْرَامَلِسِى: لاَيَبْعُدُ اِغْتِفَارُ ذَلِكَ العَوَام وَهُوَ قَرِيْبٌ… نَعَمْ لاَتَجِبُ بِقَولِهِ وَقْتَ ذَبْحِهَا: اللَّهُمَّ هَذِهِ اُضْحِيَتِى فَتَقَبَّلْ مِنِّى يَاكَرِيْمُ.
‘Dari perkataan orang-orang, ‘Ini adalah hewan qurban,’ maka hewan qurban tersebut menjadi wajib. Tersebab perkataan itu haram hukumnya memakan dagingnya. Tidak diterima alasan (atas perkataan itu) mereka ‘Aku menghendakinya sebagai qurban sunah’ Hal ini berbeda dengan pendapat sebagian ulama. Imam Sibromalisi berkata: ‘(Tetapi) bagi orang awam (orang yang belum mengetahui hukum ucapan tersebut) mudah untuk dimaafkan. Perkataan Imam Sibromalisi ini mudah untuk difahami (diterima)’ Memang demikianlah hukumnya, namun qurban tidak menjadi wajib sebab ucapan orang waktu menyembelihnya: Ya Allah ini adalah hewan qurbanku, maka semoga Engkau menerimanya dariku, wahai Dzat Yang Maha Mulia’.
c. Kitab Sulaiman Kurdi juz 2 halaman 204
وَقَالَ العَلاَّمَةُ السَّيِّد عُمَرُ البَصْرِى فِى حَوَاشِ التُّحْفَةِ يَنْبَغِى أَنْيَكُونَ مَحَلُّهُ مَالَمْ يَقْتَصِدُ الأَخْبَارُ فَإنْ قَصَدَهُ اى هَذِهِ الشَّاةَ الَّتِى أُرِيْدُ التَّضْحِيَةِ بِهَا فَلاَ تَعْيِيْنَ وَقَدْ وَقَعَ الجَوَابُ كَذَالِكَ فِى نَازِلَةٍ وَقَعَتْ لِهَذَا الحَقِيْر وَهِيَ اشْتَرَى شَاةً لِلتَّضْحِيَةِ فَلَقِيَهُ شَحْصٌ آخَرَ فَقَالَ مَاهَذِهِ فَقَالَ أُضْحِيَتِى.
Al Allamah As Sayid Umar Al Bashriy berkata dalam komentar atas kitab Tuhfatul Muhtaj: Seyogyanya letak status nadzar itu ialah selagi tidak bermaksud memberi kabar. Kemudian jika memang bermaksud memberi kabar, ‘Kambing ini yang saya maksudkan untuk qurban’, maka tak ada penentuan dan berlaklkan jawaban. Demikian pula dalam peristiwa yang terjadi pada seorang yang naif ini, yakni seseorang membeli kambing untuk digunakan qurban lalul bersua dengan seseorang lain kemudian bertanya: ‘Apa ini?’ Maka jawab si orang tadi: ‘Qurbanku’.
3. Dari keterangan-keterangan tersebut, maka dapat dijelaskan di sini, bahwa pertanyaan Anda yang pertama mengenai pendapat Pak Kyai tetangga saudara itu bisa dianggap benar. Karena jawaban saudara ada kata ‘menjadikan’, yang mempunyai makna sama dengan nadzar. Kata menjadikan yang berkonotasi mewajibkan hewan tersebut untuk qurban (Bajuri 2:310). Akan tetapi bisa juga jawaban Anda itu tidak mengubah qurban Anda menjadi nadzar karena ketidaktahuan Anda. Hal tersebut berpegang pada pendapat Imam Syibromalisi dan pendapat Sayid Umar al-Bashriy: bahwa jawaban saudara tersebut hanya bermaksud memberi kabar.
4. Untuk pertanyaan Anda yang kedua, bisa membaca lagi keterangan masalah nadzar tadi.
5. Untuk pertanyaan ketiga, Anda bisa berpegang pada keterangan Sayid Umar al-Bashriy.
Yang perlu diingat, beribadah itu tidak sulit dan tak perlu dipersulit. Niatlah yang ikhlas semata karena patuh kepada Allah. Wallohu A’lam

Selasa, 07 Agustus 2018

Hukum mempercayai sms atau status yang mengharuskan begini dan begitu

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASA’IL FMPP XXI SE JAWA-MADURA DALAM RANGKA PERINGATAN SATU ABAD PP. LIRBOYO
#Tentang sms momok..

Deskripsi masalah :
Ada pesan WA/SMS seperti berikut:

ﺗﻨﺰﻳﻞ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ . ﻟﺘﻨﺬﺭ ﻗﻮﻣﺎ ﻣﺎ ﺃﻧﺬﺭ ﺁﺑﺎﺅﻫﻢ ﻓﻬﻢ ﻏﺎﻓﻠﻮﻥ

(Tanzilal ‘azizir rahim. litundzira qauman ma undzira aba’uhum fahum ghafilun)

Kirim ayat surat Yasin ini minimal ke-10 orang, insya Allah 2 jam kemudian kamu akan mendengar kabar baik dan mendapatkan kebahagiaan. Demi Allah ini amanah dari Habib Muh bin Hasan Al-Athas Pekalongan. Mohon jangan dihapus sebelum disebarkan ke-10 orang. Jika tidak, kamu akan mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan”.

Begitulah di antara kalimat SMS gelap yang belakangan marak tersebar di pemilik hand phone. SMS seperti ini banyak menimbulkan keresahan, karena di samping menjanjikan kejutan-kejutan atau kebahagiaan tak terduga, juga menimbulkan ketakutan-ketakutan psikologis karena dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat keramat seperti Rasulullah saw., wali, habib, kyai, ayat-ayat Al-Qur’an dll. Fenomena seperti ini menyebabkan banyak masyarakat yang tergoda dengan iming-iming atau khawatir dengan ancaman-ancaman dalam SMS, sehingga memilih bespekulasi mencari keuntungan atau mencari selamat dengan menuruti perintah dalam SMS tersebut untuk menyebarkan kembali.

Pertanyaan:

a. Bagaimana hukum mempercayai janji-janji atau ancaman-ancaman bagi penerima SMS seperti dalam deskripsi ?

b. Bagaimana hukum menyebarkan kembali SMS tersebut ?

Jawaban :

a. Haram, karena termasuk membenarkan sesuatu yang ghaib yang tidak ada dasarnya baik secara adat, akal atau syariat.

b. Haram, karena menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya dan berpotensi menimbulkan keresahan masyarakat.

Referensi :

1. Buraiqah Mahmudiyyah juz 1 hal. 274
2. Anwar Al Buruq juz 4 hal. 263
3. Al Fatawi Al Haditsiyyah juz 1 hal. 469
4. Fath Al Bari juz 1 Hal. 80
5. Faidl al Qadir juz 6 hal. 30
6. Fath Al ‘Aly juz 1 hal. 209
7. Buraiqah Mahmudiyyah juz 3 hal. 124
8. Faidl al Qadir juz 5 hal. 2
9. Az Zawajir “aniqtirafil Kaba-ir juz 2 hal. 169- 176
10. Al Fiqh Al Islami juz 4 hal. 388

1. بريقة محمودية ألجزء الأول صحـ 274

( وعد التطير من الموهوم يوهم الجواز) بل يدل لقوله (كقرينيه) أي الكي والرقية (بل هو حرام اختلف في كونه كفرا) لنسبة التأثير إلى غيره تعالى (ذكره قاضي خان وغيره) قيل عن البزازية صاحت الطير فقال رجل يموت المريض أو خرج إلى السفر فرجع لصياح العقعق كفر عند بعضهم وقيل لا وهو الأصح كما نقل عن عمدة المفتي لأنه على وجه التفاؤل والأحاديث في منع الطيرة كثيرة نحو { لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر ولا غول } ونحو { الطيرة شرك } (فظهر أن الطب ليس بفرض) ولا واجب (بل هو مستحب عندنا) وقد سبق من الأحاديث { لكل داء دواء فإذا أصيب دواء الداء برئ بإذن الله تعالى } . عن النووي في شرح مسلم فيه استحباب الدواء وهو مذهب أصحابنا وجمهور السلف وعامة الخلف . قال القاضي في هذه الأحاديث صحة علم الطب وجوازه واستحبابه ورد لمنكر التداوي كغلاة الصوفية لأن فاعل الكل هو الله تعالى والتداوي من قدر الله . ويحتج بهذه الأحاديث ومثله الأمر بالدعاء وقتال الكفار والتجنب عن التهلكة والقصاص والدية على القاتل مع أن الأجل واحد لا يتقدم ولا يتأخر . (وقال الغزالي رحمه الله تعالى في الإحياء إنه) أي الطب (فرض كفاية) لعل هذا إشارة إلى فائدة لفظ عندنا آنفا لكن قد سمعت سابقا كونه كذلك عندنا أيضا أي الحنفية كما في التتارخانية

2. أنوار البروق في أنواع الفروق الجزء الرابع صحـ 263

(الفرق التاسع والستون والمائتان بين قاعدة الطيرة وقاعدة الفأل الحلال المباح والفأل الحرام) وهو أن بين الطيرة والفأل التباين الكلي وذلك أنه قد تقدمت حقيقة التطير والطيرة وأحكامها . وأما الفأل فهو ما يظن عنده الخير عكس الطيرة والتطير فإن ما يتطير ويتشاءم به لرؤية أو سماع هو ما يظن عنده السوء والشر ففي العزيزي على الجامع الصغير عند قوله صلى الله عليه وسلم من الحديث الذي رواه ابن ماجه عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه { وإذا تطيرتم فامضوا وعلى الله فتوكلوا } أي وإذا خرجتم لنحو سفر أو عزمتم على فعل شيء فتشاءمتم به لرؤية أو سماع ما فيه كراهة فلا ترجعوا وفوضوا أموركم إلى الله - تعالى - لا إلى غيره والتجئوا إليه في دفع شر ما تطيرتم به ا هـ قلت ولا ينافيه ما في الموطإ وغيره { أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما دخل خيبر وأبصر مسحاة وزنبيلا قال الله أكبر خربت خيبر إنا إذا نزلنا بساحة قوم فساء صباح المنذرين } لما تقدم توضيحه فلا تغفل ما ذكر من كون الفأل والطيرة متباين تباينا كليا هو صريح قول صاحب المختار الفأل أن يكون الرجل مريضا فيسمع آخر يقول يا سالم أو يكون طالبا فيسمع آخر يقول يا واجد يقال تفاءل بكذا بالتشديد وفي الحديث { كان يحب الفأل ويكره الطيرة } ا هـ بلفظه . لكن ومقتضى قولهم إنه صلى الله عليه وسلم كان يحب الفأل الحسن أن الفأل أعم مطلقا من الطيرة وأنه عبارة عما يظن عنده الخير أو الشر وذلك أنه تارة يتعين للخير وتارة للشر وتارة يتردد بينهما فالمتعين للخير مثل الكلمة الحسنة يسمعها الرجل من غير قصد نحو يا فلاح يا مسعود ومنه تسمية الولد والغلام بالاسم الحسن حتى متى سمع استبشر القلب ومثل المنظر الحسن يراه الرجل من غير قصد فيستبشر به . ومنه إرسال الرسول الحسن الوجه لقضاء الحوائج وطلب الحوائج ممن كان حسن الوجه أملا في قضائها وفي الحديث { اطلبوا الحوائج عند حسان الوجوه } وعقده الصرصري رحمه الله تعالى بقوله ألا يا رسول الإله الذي هدانا به الله في كل تيه سمعت حديثا من المسندات يسر فؤاد النبيل النبيه وأنك قد قلت فيه اطلبوا الح وائج عند حسان الوجوه ولم أر أحسن من وجهك ال كريم فجد لي بما أرتجيه فهذا فأل حسن مقصود والمتعين للشر مثل الكلمة القبيحة يسمعها الرجل من غير قصد نحو يا خيبة يا ويل ومنه كراهة تسمية الولد والغلام بالاسم القبيح فمن ثم ورد في الصحيح أنه عليه السلام { حول أسماء مكروهة من أقوام كانوا في الجاهلية بأسماء حسنة } - إلى أن قال - فإن وجد عليه افعل أقدم على حاجته التي يقصدها أو لا تفعل أعرض عنها واعتقد أنها ذميمة أو خرج المكتوب عليها غفل أعاد الضرب فهو يطلب قسمه من الغيب بتلك الأعواد فهو استقسام أي طلب القسم الجيد يتبعه والرديء يتركه وكذلك من أخذ الفأل من المصحف أو غيره إنما يعتقد هذا المقصد إن خرج جيدا اتبعه أو رديئا اجتنبه فهو عين الاستقسام بالأزلام الذي ورد القرآن بتحريمه فيحرم ا هـ قال الأصل وما رأيته يعني الطرطوشي حكى في ذلك خلافا والفرق بينه وبين ما هو متعين للخير أو للشر هو أن تحريمه لما فيه من سوء الظن بالله - تعالى - بغير سبب تقتضيه عادة ربانية فالحق بالطيرة وإباحة المتعين للخير لأنه وسيلة للخير من حيث إنه يبعث على حسن الظن بالله - تعالى - وإباحة المتعين للشر لأنه وإن كان وسيلة للشر وسوء ظن بالله - تعالى - إلا أنه بسبب تقتضيه عادة الله - تعالى - وقد تقدم أن عوائد الله إذا دلت على شيء وجب اعتقاده فهذا هو تلخيص الفرق بين التطير والفأل المباح والفأل الحرام هذا توضيح وتنقيح ما في الأصل وصححه ابن الشاط والله - سبحانه وتعالى - أعلم

3. الفتاوي الحديثية ج الجزء الأول صحـ 46

وسئلت: عمن وجد مصحف غلطاً هل له أن يصلحه بغير إذن مالكه؟ وكذلك في الكتب. وهل للقارىء بالمصحف الكريم إذا انتهى إلى آخر حِزْبه أن يضع فيه ورقة أو نحوها ليعرف حزبه فيها؟ وهل يجوز وَضْع مصحف على مصحف آخر؟ وهل يجوز أن يكتب في المصحف الوقف أنه وقف على كذا وأن فلاناً وقف؟ وهل يجوز أن يكتب في المصحف الوقف أنه وقف على كذا وأن فلاناً وقف؟ وهل يجوز أن يُحشيِّ المصحف الكريم من التفسير كما يُحشِّي الكتب من الشروح؟ وما حكم كتابة الأحاديث في فضل السور قبل البسملة؟ وهل يجوز وضع المصحف في كوة ظاهرة من غير فرش؟ وهل يحرم مَدُّ الرِجْل إليه وإن بعد عنه؟ وهل يجوز وضعه على ثوب فيه كثير ونيم نحو ذباب؟ وما الذي يلزم مُعلمِّي الصبيان أن يعلموهم من احترام المصحف؟ وهل في التكبير عند آخر كل سورة من الضحى إلى آخر القرآن أثر؟ وما حكم قراءة القرآن العظيم في الطرق المتيقن نجاستها وفي الحمام، وقول «العباب»: ويحرم جعل دراهم مثلاً في ورقة كتب فيها قرآن، هل الورقة التي فيها عِلْم، وورق المكاتبات لها هذا الحكم؟ وهل ثبت أن مؤمني الجن يقرءون القرآن ويعلمون ويتعلمون أحكام الشرع، ويكتبون كما نكتب، ويصلون الصلوات الخمس ويتطهَّرون لها، وما يجب على الآدمي المتزوج منهم لزوجته من المؤن عند من يصحح نكاحهم؟. فأجبت بقولي: نقل الزركشي وغيره عن العبادي أن من استعار كتاباً فوجد فيه غلطاً لم يجز إصلاحه وإن كان مصحفاً وجب، وقيَّده البدر بن جماعة والسراج البلقيني بالمملوك قالا: أما الموقوف فيجوز إصلاحه وظاهر أن محلَّه إذا كان خطُّه مُستصلحاً أي بحيث لا يتعيب به المصحف، والكتاب المصَّلح

4. فتح الباري لابن حجر الجزء الأول صحـ 80

قال وأما ظن الغيب فقد يجوز من المنجم وغيره إذا كان عن أمر عادي وليس ذلك بعلم . وقد نقل ابن عبد البر الإجماع على تحريم أخذ الأجرة والجعل وإعطائها في ذلك وجاء عن ابن مسعود قال أوتي نبيكم صلى الله عليه وسلم علم كل شيء سوى هذه الخمس . وعن ابن عمر مرفوعا نحوه أخرجهما أحمد وأخرج حميد بن زنجويه عن بعض الصحابة أنه ذكر العلم بوقت الكسوف قبل ظهوره فأنكر عليه فقال إنما الغيب خمس - وتلا هذه الآية - وما عدا ذلك غيب يعلمه قوم ويجهله قوم

5. فيض القدير الجزء السادس صحـ 30

(من أتى عرافا أو كاهنا) وهو من يخبر عما يحدث أو عن شئ غائب أو عن طالع أحد بسعد أو نحس أو دولة أو محنة أو منحة (فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل الله على محمد) من الكتاب والسنة وصرح بالعلم تجريدا وأفاد بقوله فصدقه أن الغرض إن سأله معتقدا صدقه فلو فعله استهزاء معتقدا كذبه فلا يلحقه الوعيد ثم إنه لا تعارض بين ذا الخبر وما قبله لأن المراد إن مصدق الكاهن إن اعتقد أنه يعلم الغيب كفر وإن اعتقد أن الجن تلقي إليه ما سمعته من الملائكة وأنه بإلهام فصدقه من هذه الجهة لا يكفر قال الراغب العرافة مختصة بالأمور الماضية والكهانة بالحادثة وكان ذلك في العرب كثيرا وآخر من روى عنه الأخبار العجيبة سطيح وسواد بن قارب

6. فتح العلي المالك الجزء الأول صحـ 209 مالكية

( ما قولكم) في امرأة تدعى عندنا بالفقيرة تدعي أن الشيخ الفلاني الميت ينزل عليها ويتردد إليها الرجال والنساء بالزيارة والإهداء في يوم معلوم كالجمعة وعند حضور الزائرين تحضر لهم الشيخ ويكلمهم بما في أسرارهم وغيره فهل هذا حقيقة أو كهانة كما كان في الزمن الأول أو سحر فعلى الحاكم الشرعي منعها وأخذها الدراهم على ذلك لا يجوز وهو من أكل أموال الناس بالباطل ؟ أفيدوا الجواب . فأجبت بما نصه - إلى أن قال - فلا يجوز أن يخبر أحد بالمغيبات إخبارا متواليا من غير تخلل غلط وكذب إلا من أخبر عن الله تعالى من نبي أو رسول فاحذر الشك في هذا وأن يخلط عليك بعض من يدعي علم ذلك التفصيل ولا يعرفه ولا يمكنه تعاطيه وهي صنعة الحزر والتخمين ويشاركهم فيه جميع الناس . ومنه ما وقع لابن صياد وكان يتكهن في سورة الدخان { فارتقب يوم تأتي السماء بدخان مبين } فقال هو الدخ فقال عليه الصلاة والسلام اخسأ فلن تعدو قدرك . يريد لا يمكنك الإخبار بالأشياء على تفاصيلها كخبر الأنبياء عليهم الصلاة والسلام . ومنها ما روي أن هرقل نظر في النجوم فرأى أن ملك الختان قد ظهر فإنما أخبر بجملة قد أهمته وأحزنته وكدرت حتى خلع مملكته ولم يظهر له بنظره في النجوم شيء من أحواله عليه الصلاة والسلام وما انطوت عليه بعثته على التفصيل إذ هو من علم الغيب وقد استأثر الله بعلمه ولا يطلع عليه أحد كما يعتقده من أضله الله أعاذنا الله من الشيطان الرجيم ولا نكب بنا عن المنهج المستقيم . ا هـ ففعل هذه المرأة حرام والذهاب إليها حرام ودفع المال لها على ذلك وقبولها له حرام وهو من حلوان الكاهن الذي حرمه النبي صلى الله عليه وسلم فيجب على من بسط الله تعالى يده بالحكم منعها من ذلك وأجره على الله وقال أبو العباس أحمد القباب أما المشتغل بالكهانة بضرب الخط وغيره فذلك من أكبر المناكر وقد جاء في الكهانة كلها أحاديث كثيرة بالنهي عنها وعن سؤاله وتصديقه وقال أيضا أما الذي يضرب الخط وغيره ويخبر بالأمور المغيبات فلا يجوز تصديقه ولا يحل وهو فاسق ويؤدب ا هـ . والله سبحانه وتعالى أعلم وصلى الله على سيدنا محمد وآله وسلم

1. بريقة محمودية ألجزء الثالث صحـ 124

( الثامن والأربعون الفتنة وهي إيقاع الناس في الاضطراب أو الاختلال والاختلاف والمحنة والبلاء بلا فائدة دينية ) وهو حرام لأنه فساد في الأرض وإضرار بالمسلمين وزيغ وإلحاد في الدين كما قال الله تعالى { إن الذين فتنوا المؤمنين والمؤمنات } الآية وقال صلى الله تعالى عليه وسلم { الفتنة نائمة لعن الله من أيقظها } قال المناوي الفتنة كل ما يشق على الإنسان وكل ما يبتلي الله به عباده وعن ابن القيم الفتنة قسمان فتنة الشبهات وفتنة الشهوات وقد يجتمعان في العبد وقد ينفردان ( كأن يغري ) من الإغراء ( الناس على البغي ) من الباغي فقوله ( والخروج على السلطان ) عطف تفسير لأن الخروج عليه لا يجوز وكذا اعزلوه ولو ظالما لكونه فتنة أشد من القتل

2. فيض القدير الجزء الخامس صحـ 2

(كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع) أي إذا لم يتثبت لأنه يسمع عادة الصدق والكذب ، فإذا حدث بكل ما سمع لا محالة يكذب ، والكذب الإخبار عن الشئ على غير ما هو عليه وإن لم يتعمد ، لكن التعمد شرط الإثم .... إلى أن قال ... كفى بالمرء من الكذب) كذا هو في خط المؤلف وفي رواية العسكري : كفى بالمرء من الكذب كذبا (أن يحدث بكل ما سمع) أي لو لم يكن للرجل كذب إلا تحدثه بكل ما سمع من غير مبالاة أنه صادق أو كاذب لكفاه من جهة الكذب لأن جميع ما سمعه لا يكون صدقا وفيه زجر عن الحديث بشئ لا يعلم صدقه

3. الزواجر عن اقتراف الكبائرألجزء الثاني صحـ 169 - 176

الكبيرة العاشرة بعد المائتين ) : إيذاء الجار ولو ذميا كأن يشرف على حرمه أو يبني ما يؤذيه مما لا يسوغ له شرعا- الى أن قال -
تنبيه : عد هذا كبيرة هو صريح ما في الأحاديث الكثيرة الصحيحة وبه صرح بعضهم .فإن قلت : إيذاء المسلم كبيرة مطلقا فما وجه تخصيص الجار ؟ قلت : كأن وجه التخصيص أن إيذاء غير الجار لا بد فيه أن يكون له وقع بحيث لا يحتمل عادة بخلاف إيذاء الجار فإنه لا يشترط في كونه كبيرة أن يصدق عليه عرفا أنه إيذاء .ووجه الفرق بينهما ظاهر لما علم من هذه الأحاديث الصحيحة من تأكد حرمة الجار والمبالغة في رعاية حقوقه .واعلم أن الجيران ثلاثة : قريب مسلم فله ثلاثة حقوق : حق الجوار وحق الإسلام وحق القرابة .ومسلم فقط فله الحقان الأولان ، وذمي فله الحق الأول فيتعين صونه عن إيذائه ، وينبغي الإحسان إليه فإن ذلك ينتج خيرا كثيرا كما فعل سهل التستري بجاره المجوسي فإنه انفتح من خلائه محل لدار سهل يتساقط منه القذر ، فأقام سهل مدة ينحي ليلا مما يجتمع منه في بيته نهارا فلما مرض أحضر المجوسي وأخبره واعتذر بأنه خشي من ورثته أنهم لا يحتملون ذلك فيخاصمونه ، فعجب المجوسي من صبره على هذا الإيذاء العظيم قال له تعاملني بذلك منذ هذا الزمان الطويل وأنا مقيم على كفري مد يدك لأسلم فمد يده فأسلم ، ثم مات سهل رحمه الله . فتأمل نتيجة الصبر وعاقبته وفقنا الله لذلك وغيره آمين

4. الفقه الإسلامي وأدلته ألجزء الرابع صحـ 388

استعمال الحق بوجه مشروع: على الإنسان أن يستعمل حقه وفقاً لما أمر به الشرع وأذن به. فليس له ممارسة حقه على نحو يترتب عليه الإضرار بالغير، فرداً أو جماعةً، سواء أقصد الإضرار أم لا. وليس له إتلاف شيء من أمواله أو تبذيره لأن ذلك غير مشروع. فحق الملكية يبيح للإنسان أن يبني في ملكه ما يشاء وكيف يشاء، لكن ليس له أن يبني بناء يمنع عن جاره الضوء والهواء، ولا أن يفتح في بنائه نافذة تطل على نساء جاره، لإضراره بالجار. واستعمال الإنسان حقه على وجه يضر به أو بغيره هو ما يعرف بالتعسف في استعمال الحق عند فقهاء القانون الوضعي. فإن مارس الإنسان ما ليس حقاً له فلا يسمى تعسفاً وإنما هو اعتداء على حق الغير

*Semoga bermanfaat* 
*Amiin*
🙏🙏🙏