Ilmu itu cahaya, yang menerangi jalan titian kehidupan manusia. Bagaim ana mungkin manusia bisa berjalan dengan benar dan tidak tersesat dalam malam yang gelap tanpa cahaya yang membimbingnya?, cahaya itu adalah ilmu.
Mie
Manusia diciptakan bermula dari pendahulu dan cikal bakal manusia, nabi Adam a.s. Beliau diciptakan dari tanah liat di surga, kemudian Allah s.w.t menciptakan ibunda Hawa ( latin : Eva ) sebagai alasan untuk mengembang biakkan makhluk yang bernama manusia.
Nabi Adam a.s dan Hawa menghuni surga dalam rentang waktu yang ditentukan Allah s.w.t bersama makhluk lain, malaikat dan iblis. Jenjang selanjutnya, Nabi Adam a.s dan Hawa diturunkan ke bumi untuk mengemban tugas dari Allah s.w.t sebagai kholifah di bumi. Artinya Nabi Adam a.s adalah makhluk akhirat yang diperjalankan dengan singkat mengarungi kehidupan duniawi, dan pada akhirnya akan pulang ke akhirat lagi.
Kita ini, anak cucu Nabi Adam a.s, lahir di bumi dan berproses menjalankan kehidupan duniawi sebagai bentuk sunnatullah. Kehidupan dunia tidak lama, hanya sebentar, diumpamakan seperti seorang musafir yang mengasuh, istirahat sebentar untuk meneruskan perjalanan selanjutnya. Ya, manusia yang aslinya penduduk surga, bagian dari alam akhirat, akan kembali lagi ke surga.
Perjalanan kembali ke surga, ternyata tidak semua manusia mampu kembali dengan selamat. Padahal surga adalah rumah kakek kita Nabi Adam a.s, berarti rumah kita juga, karena kita cucu-cucunya. Tapi mengapa ada yang tidak sampai selamat ke surga, karena harus terjerumus ke rumah penyiksaan, neraka. Ternyata kehidupan dunia ini, bentuk ujian yang dibebankan Sang Pencipta. Rumah surga hanya menerima anak cucu yang baik-baik saja, sementara rumah penyiksaan, neraka, disediakan untuk anak cucu yang lalai dan tersesat dari jalan kembali ke rumah surga.
Di sinilah makna mengapa manusia diperintah mencari alat penerang untuk menerangi jalan kembali ke rumah surga, ia adalah ilmu.
Tidak semua ilmu mampu menjadi penerang jalan, ada ilmu khusus yang mampu membimbing manusia menemukan jalan pulang ke surga, ilmu dien, ilmu agama. Mencari ilmu ini merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar.
Di mana ilmu itu harus dicari dan diperdalam ? Ada banyak tempat, bisa di mana saja, di sekolah, di pondok dan/atau madrasah diniah ( sudah menjadi istilah sebagai takhassus/spesifikasi tempat pendalaman ilmu yang berbasis ilmu tentang agama Islam ), majlis ta'lim, pengajian-pengajian bernuansa ceramah agama dll.
Tapi, carilah tempat menuntut ilmu yang penyampainya ( guru/kyainya) mempunyai ilmu yang bersambung ( bersanad ) kepada Rasulullah s.a.w. Pilihannya adalah Pondok Pesantren ala ahlis sunnah wal jama'ah.
Enak e omong.. ayo mondok.. ayo sekolah diniah
Anak e ayo dipondokne.. ayo disekolahne diniah
Nuri Arif Muhiddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.