Menulis,
nge-blog, komentar, update status, … bisa mengalirkan pahala atau dosa pada
pembuatnya, bahkan setelah meninggal sekalipun.
Berkata Al Hafidz al Mundziry (wafat 656 H) dalam
kitabnya At Targhib
wa At Tarhiib (1/62) [1] ketika mengomentari hadits:
إِذا مَاتَ ابْن آدم انْقَطع عمله إِلَّا من ثَلَاث صَدَقَة جَارِيَة أَو علم ينْتَفع بِهِ أَو ولد صَالح يَدْعُو لَهُ
Apabila
anak adam meninggal maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga hal Shadaqah
jariyah, Ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya (HR. Muslim). Beliau (Al
Hafidz al Mundziry) menulis:
وناسخ الْعلم النافع لَهُ أجره وَأجر من قَرَأَهُ أَو نسخه أَو عمل بِهِ من بعده مَا بَقِي خطه وَالْعَمَل بِهِ لهَذَا الحَدِيث وَأَمْثَاله وناسخ غير النافع مِمَّا يُوجب الْإِثْم عَلَيْهِ وزره ووزر من قَرَأَهُ أَو نسخه أَو عمل بِهِ من بعده مَا بَقِي خطه وَالْعَمَل بِهِ لما تقدم من الْأَحَادِيث من سنّ سنة حَسَنَة أَو سَيِّئَة
وَالله أعلم
Orang
yang mencatat ilmu yang berguna, baginya pahala dan pahala orang yang membacanya
atau orang menyalinnya atau beramal dengannya sesudahnya selama tulisan
tersebut dan beramal dengannya masih tetap ada, sebaliknya orang yang menulis
hal yang tidak bermanfaat adalah diantara sesuatu yang mewajibkan dosa, baginya
dosanya dan dosa orang yang membacanya atau menyalinnya atau beramal dengannya
sesudahnya selama tulisan tersebut dan beramal dengannya masih tetap ada,
sebagaimana yang diterangkan dalam hadits-hadits yang telah berlalu diantaranya
hadits:
مَنْ سَنَّ سُنَةً حَسَنَةً أَوْ سَيِّئَةً
Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik atau yang jelek…, Wallahu A’lam.***
Hadits yg dimaksud terakhir lengkapnya:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
‘Barang
siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan
tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya
pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri
tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh
orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh
sedikitpun.’ (HR.
Muslim dari Jarir).
Oleh: M. Taufik N.T[1] Maktabah syâmilah