Sebelum menjelaskan hukum ucapan selamat natal,
ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan;
Pertama, ucapan selamat biasanya diucapkan ketika
seseorang bersuka cita atau menerima kesenangan yang dibenarkan dalam agama
seperti ketika hari raya idul fitri, kelahiran anak, pernikahan dan lain-lain.
Hal ini seperti kita baca dalam kitab Wushul al-Amani fi Ushul al-Tahani, karya
al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, dalam himpunan kitabnya al-Hawi lil-Fatawi juz
1.
Kedua, ucapan selamat juga diucapkan ketika
seseorang bersuka cita karena menerima kenikmatan atau terhindar dari
malapetaka, seperti dikemukakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Aqalani dalam
kitabnya, Juz’ fi al-Tahni’ah bil-A’yad. Dalam konteks ini beliau berkata:
يستدل
لعموم التهنئة لما يحدث من النعم او يندفع من النقم سجود الشكر لمن يقول به وهو
الجمهور ومشروعية التعزية لمن أصيب بالإخوان. (الحافظ ابن حجر، جزء في التهئة في
الأعياد، ص 46)
“Keumuman ucapan selamat terhadap kenikmatan yang
terjadi atau malapetaka yang terhindar menjadi dalil sujud syukur bagi orang
yang berpendapat demikian, yaitu mayoritas ulama dan dianjurkannya bertakziyah
bai orang-orang yang ditimpa malapetaka.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Juz’ fi
al-Tahni’ah fil-‘Id, hal. 46).
.
Ketiga, para ulama menganggap hari raya non
Muslim, bukan termasuk hari raya yang baik dan mendatangkan kebaikan bagi umat
Islam. Dalam konteks ini al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi berkata dalam kitabnya
al-Amru bil-Ittiba’ wa al-Nahyu ‘anin al-Ibtida’ sebagai berikut:
ومن البدع
والمنكرات مشابهة الكفار وموافقتهم في أعيادهم ومواسمهم الملعونة
كما يفعله كثير من جهلة المسلمين من مشاركة النصارى وموافقتهم فيما يفعلونه في خميس
البيض الذي هو اكبر اعياد النصارى (الحافظ جلال الدين السيوطي،
الأمر بالاتباع والنهي عن الابتداع ص 141)
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
selayaknya ucapan selamat natal dihukumi haram dan harus dihindari oleh umat
Islam. Dalam konteks ini, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah al-Hanbali berkata:
وأما
التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول
عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله
من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند
الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب
الفرج الحرام ونحوه … وإن بلي الرجل بذلك فتعاطاه دفعا لشر يتوقعه منهم فمشى إليهم ولم
يقل إلا خيرا ودعا لهم بالتوفيق والتسديد فلا بأس بذلك وبالله
التوفيق. (ابن قيم الجوزية، أحكام أهل الذمة 1/442)
“Adapun ucapan selamat dengan simbol-simbol yang
khusus dengan kekufuran maka adalah haram berdasarkan kesepakatan ulama,
seperti mengucapkan selamat kepada kafir dzimmi dengan hari raya dan puasa
mereka. Misalnya ia mengatakan, hari raya berkah buat Anda, atau Anda selamat
dengan hari raya ini dan sesamanya. Ini jika yang mengucapkan selamat dari
kekufuran, maka termasuk perbuatan haram. Ucapan tersebut sama dengan ucapan
selamat dengan bersujud kepada salib. Bahkan demikian ini lebih agung dosanya
menurut Allah dan lebih dimurkai daripada ucapan selamat atas minum khamr,
membunuh seseorang, perbuatan zina yang haram dan sesamanya. .. Apabila
seseorang memang diuji dengan demikian, lalu melakukannya agar terhindar dari
keburukan yang dikhawatirkan dari mereka, lalu ia datang kepada mereka dan
tidak mengucapkan kecuali kata-kata baik dan mendoakan mereka agar memperoleh
taufiq dan jalan benar, maka hal itu tidak lah apa-apa.” (Ibnu Qayyimil
Jauziyyah, Ahkam Ahl al-Dzimmah, juz 1 hal. 442).
Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa ucapan
selamat natal, hukumnya haram dilakukan oleh seorang Muslim, karena termasuk
mengagungkan simbol-simbol kekufuran menurut agamanya.
Lalu bagaimana, jika sekelompok umat Islam
berpartisipasi menghadiri acara natal dengan tujuan mengamankan acara natalan???
Tentu saja, hukumnya juga haram. Al-Imam Abu al-Qasim Hibatullah al-Thabari
al-Syafi’i, seorang ulama fiqih madzhab Syafi’i berkata:
قال أبو
القاسم هبة الله بن الحسن بن منصور الطبري الفقيه الشافعي ولا يجوز للمسلمين أن
يحضروا أعيادهم لأنهم على منكر وزور وإذا خالط أهل المعروف
أهل المنكر بغير الإنكار عليهم كانوا كالراضين به المؤثرين له فنخشى من نزول سخط
الله على جماعتهم فيعم الجميع نعوذ بالله من سخطه
“Telah berkata Abu al-Qasim Hibatullah bin
al-Hasan bin Manshur al-Thabari, seorang faqih bermadzhab Syafi’i: “Kaum
Muslimin tidak boleh (haram) menghadiri hari raya non Muslim, karena mereka
melakukan kemunkaran dan kebohongan. Apabila orang baik bercampur dengan orang
yang melakukan kemungkaran, tanpa melakukan keingkaran kepada mereka, maka
berarti mereka rela dan memilih (mendahulukan) kemungkaran tersebut., maka
dikhawatirkan turunnya kemurkaan Allah atas jamaah mereka (non-Muslim), lalu
menimpa seluruhnya, kita berlindung dari murka Allah.”
Bagaimana jika ada orang berkata, tidak apa-apa
mengucapkan selamat natal, dengan tujuan selamat atas lahirnya Nabi Isa
‘alaihissalam? Ucapan orang ini perlu dipertanyakan. Kepada siapa Anda
memberikan fatwa tersebut? Kepada orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad
shalllallahu ‘alaihi wasallam dan nabi-nabi lainnya yang iducapkan di rumahnya
dan bukan pada hari natal? Secara jujur saja, kepada siapa dia mengucapkan
selamat natal? Apakah kepada Isa ‘alaihissalam, secara khusus, tanpa diucapkan
kepada non-Muslim??? Atau selamat natal diucapkan kepada non-Muslim pada hari
raya mereka???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.