Minggu, 14 Desember 2014

Cerita di Balik Disingkirkannya Nabi Yusuf AS oleh Saudara Tirinya

Nabi Yaqub AS ialah nabi besar dengan kesabaran luar biasa. Ia diuji Allah dengan keirihatian sebagian anak kepada sebagian lainnya. Namun di balik ujian itu, Allah ingin menyampaikan pelajaran penting kepada umat manusia pada umumnya lewat pengalaman keluarga Nabi Ya'qub AS.


Nabi Ya’qub AS memiliki 12 anak dari beberapa istri. Mereka inilah yang kemudian menurunkan 12 keturunan Bani Israil. Dari kalangan mereka juga terlahir banyak rasulullah.

Alkisah Nabi Ya’qub AS menaruh perhatian dan kecintaannya sedikit berlebih kepada dua anak terakhirnya, Nabi Yusuf dan Bunyamin. Kecemburuan pun hadir di kalangan lainnya.

Melihat ini, kakak-kakak dari keduanya tidak senang. Mereka mengatur siasat bagaimana caranya mengembalikan cinta dan perhatian sang bapak. Sebagian berpendapat, membunuh keduanya. Sebagian lain, membuang. Sebagian lagi, menjual Yusuf.

Mereka akhirnya sampai pada pilihan membuang Yusuf ke dalam sumur hingga pada gilirannya diambil dan dijual oleh musafir yang tengah lewat.

Sejak itu, Nabi Ya’qub AS tidak pernah lagi melihat anak kesayangannya. Nabi Yusuf, dikabarkan tewas ditelan serigala. Sejak itu juga Nabi Ya’qub AS kerap menangis kehilangan. Karena itu juga, daya penglihatannya bisa dibilang rusak. Air mata dari dua sudut matanya membekas dua garis permanen.

Nabi Ya’qub AS terus saja menangis hingga Allah mempertemukan dirinya dan sang anak pada suatu ketika setelah berpisah selama 80 tahun. Allah mengungkapkan hikmah itu seperti dialog dalam kitab Al-Majalis Saniyah.

“Wahai Ya’qub, tahukah kau kenapa Aku jatuhkan sanksi dan Kupisahkan Yusuf darimu selama 80 tahun?” tanya Allah kepada Nabi Ya’qub.

“Tidak tahu, wahai Tuhanku,” jawabnya.

“Ingatkah, kau dulu pernah memanggang kambing muda. Sementara kau menikmatinya, tetanggamu tidak. Kau pun tidak berbagi kambing panggang itu kepada tetanggamu.” (Alhafiz K)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.