ANUGRAH YG PALING
BERHARGA
Telaga itu
adalah hati nurani anda, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin.
Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup anda. Sedangkan rimba lebat
penuh onak dan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan
persepsi indrawi yang selalu menghalangi jalan anda. Tanpa disadari ia pun
dapat melukai diri anda. Namun, bila anda telah menemukan suara hati nurani
itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi anda. Temukan telaga jernih milik
anda. Itulah anugrah paling berharga yang harus anda pegang teguh dalam hidup
ini.
ARTI KEHIDUPAN
Awan sedikit
mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan
menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai
lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim Sambil sesekali
mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi,sementara tangan kirinya mencengkram
ikatan sabuk celana ayahnya. Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum
Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan
"Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965"
"Nak, ini
kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah
ayahnya,lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut
memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk
neneknya... "Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah."
Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani
berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu
sudah di dalam kubur 36 tahun ... " Yani memutar kepalanya, memandang
sekeliling, banyak kuburan di sana .
Di samping
kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 :
30-01-1910" "Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu
ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi
ayahnya mengangguk.Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan
kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka " kata Yani sambil
meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?" Ayahnya tersenyum,
"Lalu?" "Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah
disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah
36 tahun nenek senang di kubur .... ya nggak yah?" Mata Yani berbinar
karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun
sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu
pintar," kata ayahnya pendek.Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak
gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya ... 36 tahun
... hingga sekarang ...kalau kiamat datang 100 tahun lagi ....136 tahun disiksa
.. atau bahagia di kubur .... Lalu ia menunduk ... meneteskan air mata ...
Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi
berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un ...
air matanya semakin banyak menetes.....Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya
kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun lagi ? Kalau 3000 tahun
lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan
lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa
ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?
Ya Allah ...ia
semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya naik turun tak
teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya ..... Allahumma as aluka
khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak ...
dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani
Dihampirinya
Yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya. Yani terus
tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena
telah menyadarkannya .. arti Sebuah kehidupan... dan apa yang akan datang di
depannya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.