Minggu, 07 Oktober 2012

Perbedaan dhobb dan (biawak) dan hukum memakannya.......



Dhobb
Apakah anda pernah mendengar kata dhobb?
Kata ini berasal dari bahasa Arab yang disebutkan dalam beberapa hadits-hadits yang shohih. Dhobb adalah sejenis hewan yang melata dan hidup di padang pasir, dalam kamus-kamus Arab- Indonesia yang banyak digunakan di negeri kita seperti Al Munawwir kata dhobb diartikan dengan biawak,..

Biawak, dalam bahasa Arobnya adalah Warol (ورل), berkata Ibnu Mandzur rahimahullooh di Lisanul ‘Arob:
رل) الوَرَلُ دابَّةٌ على خِلقة الضَّبِّ، إِلاّ أَنه أَعظم منه، يكون في الرِّمال والصَّحارِى. والجمع أَوْرالٌ في العدد ووِرْلانٌ وأَرْؤُل بالهمز.
Warol adalah semacam reptile (binatang melata), seperti bentuk Dhob (sejenis kadal), hanya saja lebih besar dari pada dhob, terdapat di gurun pasir dan lembah lembah bebatuan, jamaknya adalah : Aurool, Warlaan dan Arwal.




 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Abu Said Al Khudri radhiyallohu anhu bahwasanya Nabi shallallohu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh-sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga jika mereka masuk ke liang dhobb niscaya kalian juga akan mengikutinya”. Kami bertanya, Wahai Rasulullah apakah yang engkau maksudkan orang Yahudi dan Nasrani? Beliau bersabda, “Siapa lagi(kalau bukan mereka)?”(HR. Bukhari dan Muslim)
Diantara fiqh dan pelajaran yang diambil dari hadits ini :
  1. Hadit ini merupakan salah satu tanda kenabian Muhammad shallalllahu alaihi wa sallam yang menginformasikan kepada ummatnya hal-hal yang akan terjadi setelah wafat beliau..
  2. Secara lamban akan tetapi pasti sebagian kaum muslim akan taqlid (mengekor) kebiasaan, budaya dan model hidup orang kafir Mereka yang sudah menjadi korban mode orang kafir akan berupaya sedemikian rupa untuk bisa mengikuti kebiasaan orang kafir tersebut walaupun untuk sesuatu yang sulit dan beresiko
  3. Orang kafir yang paling banyak menjadi ikutan dan panutan kaum muslimin yang sesaat adalah dari kalangan Yahudi dan Nasrani
  4. Disyariatkannya membuat permisalan dalam menjelaskan sesuatu
  5. Ibnu Hajar rahimahulloh mengatakan nampaknya pengkhususan dhobb dalam perumpamaan ini karena pada dasarnya liang/lobang dhobb itu sangat sempit dan jelek akan tetapi karena mereka begitu ingin mengikuti budaya mereka maka walaupun orang Yahudi dan Nasrani masuk ke liang dhobb (melakukan suatu budaya yang sulit diikuti dan nyata keburukannya) maka mereka pun siap melakukan hal yang sama

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رشي الله عنهما أَنَّ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ رضي الله عنه الَّذِي يُقَالُ لَهُ سَيْفُ اللَّهِ
أَخْبَرَهُ أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ خَالَتُهُ وَخَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ فَوَجَدَ عِنْدَهَا ضَبًّا مَحْنُوذًا قَدِمَتْ بِهِ أُخْتُهَا حُفَيْدَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ مِنْ نَجْدٍ فَقَدَّمَتْ الضَّبَّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ قَلَّمَا يُقَدَّمُ إِلَيْهِ طَعَامٌ حَتَّى يُحَدَّثَ بِهِ وَيُسَمَّى لَهُ فَأَهْوَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ إِلَى الضَّبِّ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْ النِّسْوَةِ الْحُضُورِ أَخْبِرْنَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا قَدَّمْتُنَّ لَهُ قُلْنَ هُوَ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ فَقَالَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ أَحَرَامٌ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : ] لَا وَلَكِنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِي فَأَجِدُنِي أَعَافُهُ [ قَالَ خَالِدٌ فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ يَنْظُرُ فَلَمْ يَنْهَنِي (متفق عليه واللفظ لمسلم)

Abdullah bin Abbas radhiyallohu anhuma bahwa Kholid bin Walid radhiyallohu anhu yang dijuluki Saifullah (pedang Allah) mengabarkan kepada beliau (Ibn Abbas) bahwa Kholid bersama Rasulullah shallallohu alihi wa sallam mendatangi Maimunah radhiyallohu anha istri NabI shallallohu alaihi wa sallam yang juga merupakan bibi Kholid dan bibi Ibn Abbas, beliau mendapati di sisinya dhobb panggang yang dibawa oleh saudari Maimunah  yang bernama Hufaidah bintul Harits dari Najd lalu beliau menghidangkan dhobb kepada Rasulullah shallallohu alaihi wasallam dan selama ini sangat jarang beliau dihidangkan sesuatu kecuali telah disampaikan tentang jenis makanannya. Maka Rasulullah shallallohu alihi wa sallam menjulurkan tangannya untuk mengambil  daging dhobb lalu salah seorang wanita yang hadir pada saat itu berkata beritakan kepada Rasulullah makanan yang kalian hidangkan kepada beliau. Para wanita lalu berkata, “Itu daging dhobb  wahai Rasulullah”, maka Rasulullah segera menarik tangannya dan tidak meraih daging tersebut, Kholid bertanya, “Apakah daging dhobb haram wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Tidak akan tetapi daging itu tidak terdapat di daerahku sehingga aku tidak menyukainya karena jijik padanya”. Kata Kholid maka aku mengambilnya lalu memakannya sedang Rasulullah shallallohu alaihi wasallam melihatku dan beliau tidak mencegahku” (HR. Bukhari dan Muslim,)


وقال عبد اللطيف البغدادي: الورل والضب والحرباء، وشحمة الأرض، والوزغ، كلها متناسبة في الخلق، فأما الورل، وهو الحرذون، فليس في الحيوان أكثر سفاداً منه، وبينه وبين الضب عداوة، فيغلب الورل الضب ويقتله، لكنه لا يأكله كما يفعل بالحية، وهو لا يتخذ بيتاً لنفسه ولا يحفر له جحراً بل يخرج الضب من جحره صاغراً، ويستولي عليه، وإن كان أقوى براثن منه، لكن الظلم يمنعه من الحفر، ولهذا يضرب بالورل المثل في الظلم، ويكفي في ظلمه أنه يغصب الحية جحرها ويبلعها، وربما قُتل، فوجد في جوفه الحية العظيمة، وهو لا يبتعلها حتى يشدخ رأسها، ويقال إنه يقاتل الضب.

Berkata ‘Abdul Lathief Al Baghdaadi: Warol (Biawak,)dan Dhob dan Harbaa (semacam bunglon), Syahmatul Ardhi (semacam kadal), dan Wazagh (Tokek) semuanya berdekatan bentuknya.

Adapun Warol (biawak) atau dalam bahasa lainnya Al-Hirdzaun, maka tidak ada dalam sapta yang lebih banyak kawinnya daripadanya, dan terjadi perseteruan keras antara dia (biawak) dengan Dhob, dan biawak selalu mengalahkan dhob dan membunuhnya, akan tetapi tidak mau memakannya, tidak seperti yang dia lakukan terhadap ular.
Dia itu tidak mau membuat rumah sendiri, dan tidak mau menggali lubang untuk tempat tinggalnya, akan tetapi kerjanya mengusir dhob dari lobangnya yang kecil, lalu dia menguasainya dan tinggal di situ, sekalipun sebenarnya cakarnya lebih kuat (untuk menggali lobang) akan tetapi kedholimannya mencegah dia untuk menggali. maka dari itu biawak di jadikan perumpamaan dalam kedholiman dan kelaliman (dictator), maka cukup sebagai tanda kebiadabannya, adalah bahwa dia merampas lobang ular, dan menelan ular tersebut, dan bahkan terkadang jika biawak itu terbunuh, kita dapatkan di perutnya ular besar, dan biawak tidak menelan ular sampai dia melumat (menghancurkan kepalanya), dan dikatakan bahwa biawak memangsa dhob.

Dhobb

Dhobb1

Rumah Dhobb
Biawak

PERBEDAAN ANTARA DHOBB DAN BIAWAK (WAROL).

قال أَبو منصور: الوَرَلُ سَبْطُ الخَلْق، طويلُ الذَّنَب، كأَنَّ ذَنبه ذنبُ حَيَّة، ورُبَّ وَرَلٍ يُرْبي طُولُه على ذراعين، وذَنَبُ الضَّبِّ ذو عُقَد، وأَطولُه يكون قَدْرَ شِبْر. والعرب تَسْتَخْبِثُ الوَرَلَ، وتستقذره، ولا تأْكله. وأَما الضَّبُّ، فإِنهم يَحْرِصُون على صَيْده، وأَكله. والضَّبُّ أَحْرَشُ الذَّنَب، خَشِنُه مُفَقَّرُه، ولونُه إِلى الصُّحْمَةِ، وهي غُبْرَة مُشْرَبةٌ سَواداً، وإِذا سَمِنَ اصْفَرَّ صَدْرُه، ولا يأْكل إِلاَّ الجَنادِبَ، والدَّبى، والعُشْبَ، ولا يأْكل الهَوامَّ. وأَما الوَرَلُ فإِنه يأْكل العقارب، والحيات، والحَرابِيَّ، والخنافس .

Berkata Abu Manshuur : biawak itu sedang bentuknya, dan panjang ekornya,seakan-akan ekornya seperti ekor ular, dan beberapa jenis biawak jika di pelihara akan bisa mencapai dua hasta panjangnya, adapun ekor dhob memiliki ikatan yang paling panjang sekitar satu jengkal, dan orang-orang Arab menggolongkan biawak termasuk binatang yang menjijikkan, dan mereka tidak mau mengkonsumsinya (memakannya), adapun dhob maka mereka semangat untuk memburunya dan memakannya, dhob itu ekornya kasar, kesat dan bersisik, dan warnanya lebih dekat dengan warna tanah, berdebu kehitam-hitaman, dan jika telah menggemuk maka menguning dadanya, dan dhob tidak memangsa kecuali belalang dan yang sejenisnya, rerumputan dan tidak mau memakan kutu, serangga dan yang sejenisnya, adapun warol (biawak) maka dia itu makan kalajengking (scorpio), ular-ular , serangga, dan kelelawar.

Hukum Memakan Biawak

Sebelum kita membicarakan masalah hukum memakan biawak, akan kami tampilkan beberapa kaidah yang berfaedah dari ucapan para ulama dalam masalah penghalalan dan pengharaman hewan yang tidak ada nash shorihnya dari kitab dan sunnah, agar bisa menjadi timbangan dalam masalah ini.

تنبيه مهم: إعلم أنه تقدم في هذا الكتاب، حيوانات لم تتعرض الأصحاب لها بالحل ولا بالحرمة، وذلك نحو البلنصى، والدبل، والقرعبلان، والقرز، والقنفشة، والورل، وغير ذلك، إلا أنهم أعطوا قواعد كلية عامة، وقواعد خاصة، وذلك لما أيسوا من الطمع في حصر أنواع الحيوانات.
فمن قواعدهم الخاصة: تحريم كل ذي ناب من السباع، ومخلب من الطير، وكل ما يقتات من النجاسات والخبائث، وكل ما نهي عن قتله، أو أمر بقتله، أو تولد بين مأكول وغيره، وكل نهاش، والحشرات بأسرها، إلا الضب، واليربوع، والقنفذ، وابن عرس، والدلدل.

Berkata Ad-Daamiri 
ketahuilah bahwa telah lewat dalam kitab ini, beberapa hewan yang tidak di singgung oleh para pakar akan kehalalan dan keharomannya, seperti balnashi, ad-dubl, al-qoro’balan, al-qonfasyah, dan warol, serta yang lainnya, hanya saja mereka meletakkan kaidah-kaidah umum menyeluruh, dan kaidah-kaidah khusus, hal itu di karenakan tidak ada kemampuan untuk membatasi berbagai jenis binatang, dan diantara kaidah khusus itu adalah :

• Di haramkan semua binatang buas yang bertaring.
• Setiap burung yang bercakar tajam, (untuk mencengkeram mangsa).
• Setiap yang memakan najis-najis dan barang-barang kotor dan menjijikkan.
• Setiap binatang yang syari’at melarang untuk membunuhnya.
• Setiap binatang yang syari’at menyuruh untuk membunuhnya.
• Setiap binatang yang di lahirkan dari hasil silang antara binatang yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan.
• Setiap serangga yang membahayakan, kecuali dhobb, yarbu’, qunfud (landak) dan ibnu ‘urs dan duldul.

ومن قواعدهم الخاصة أيضاً تحليل كل ذات طوق، ولقاط، وطيور الماء كلها، إلا اللقلق كما تقدم.

Dan diantara kaidah-kaidah mereka yang khusus juga adalah:
• Menghalalkan setiap binatang yang memiliki paruh, dan pengais, serta seluruh jenis burung air, kecuali laq-laq (bangau).

Berkata Arrofi’i:

ورجع الرافعي أنه يرجع فيه إلى استطابة العرب وعدمها، لقوله تعالى: "يسألونك ماذا أحل لهم قل أحل لكم الطيبات"، وليس المراد الحلال، وإن كان قد ورد الطيب بمعنى الحلال، الحمل عليه يخرج الآية عن الإفادة، والعرب أولى باعتبار ذلك، لأن الدين عربي، والنبي صلى الله عليه وسلم عربي، وإنما يرجع في ذلك إلى سكان البلاد، والقرى، دون آجلاف البوادي، الذين يأكلون ما دب، ودرج، من غير تمييز.

Bahwa sebagai rujukan dalam masalah ini, (pengharaman dan penghalalan bintang yang tidak ada nashnya), adalah dengan merujuk kepada apa yang dianggap thoyyib (baik), oleh orang Arob dan tidaknya, karena firman Allah subhaanahu wata'ala :

﴿يسألونك ماذا أحل لهم قل أحل لكم الطيبات﴾
”Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang dihalalkan bagi mereka. Katakanlah: bahwa dihalalkan untuk kalian segala yang thoyyib” dan bukanlah yang dimaksud dengan thoyyib dalam ayat ini adalah sesuatu yang halal, karena kalau ayat itu dibawa kesana, menjadikan ayat ini keluar dari faedah, maka orang arab adalah orang yang paling utama untuk di terima dan dianggap dalam masalah ini, (thoyyibat dan khobitsaat), karena agama ini bersumber dari arab, dan nabi shollalloohu'alaihi wasallam juga orang arab.

Dan yang bisa dijadikan bahan rujukan adalah penduduk kota dan desa yang netap, bukan orang-orang baduwi yang mereka makan apa saja, yang mereka sukai tanpa pilah pilih. Beliau juga menuturkan:

قال الرافعي: من الأصول المرجوع إليها في التحريم والتحليل الاستطابة والاستخباث.

Dan diantara pokok-pokok yang bisa dijadikan bahan rujukan dalam pengharaman dan penghalalan, adalah anggapan baik dan bersih (layak di makan), dan anggapan buruk dan kotor (menjijikkan). Dan apa yang dipandang orang arab, adalah yang paling utama untuk diambil dalam masalah ini.

وقال بعضهم: المعتبر الرجوع إلى عادة العرب، الذين كانوا في عهد سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، لأن الخطاب كان لهم. ويشبه أن يقال: يرجع في كل زمان إلى العرب الموجودين فيه.

Dan sebagian ulama mengatakan bahwa bahan rujukan yang mu’tabar (bisa diterima dan dianggap), adalah adat orang arab pada zaman nabi shollalloohu 'alaihi wasallam, karena merekalah yang diajak bicara (turunnya ayat kepada mereka), dan mungkin lebih baik, jika diungkapkan begini: dikembalikan permasalahan ini kepada orang arab, pada setiap zaman yang ada pada waktu itu.

Selanjutnya Ad-Damiri menyatakan:

وإذا اختلف المرجوع إليهم، فاستطابته طائفة، واستخبثته طائفة، اتبعنا الأكثرين، فإن استوت الطائفتان، قال المارودي في الحاوي، وأبو الحسن العبادي: إنه يتبع قريش، لأنهم قطب العرب، وفيهم النبوة، فإن اختلفت قريش أو لم يحكموا بشيء، اعتبر، أقربالحيوانات شبهاً به. والشبه يكون تارة في الصورة، وتارة في الطبع من السلامة والعدوان، وأخرى في طعم اللحم، فإن تساوى الشبه أو لم يوجد ما يشبه ففيه وجهان. انتهى.

Jika terjadi perbedaan pendapat dalam anggapan baik dan buruk, karena sebagian mereka menganggap baik, dan sebagian mereka merasa jijik, maka kita ikuti pendapat mayoritas, (yang paling banyak); jika seimbang, maka kita ikuti orang quroisy, karena mereka adalah pusat dan poros orang arab, dan pada mereka ada kenabian, dan jika orang-orang quraisy berselisih pendapat, atau mereka menghukumi sesuatu, maka dilihat binatang yang paling mirip dengannya, dan kemiripan terkadang bisa diketahui pada bentuknya, terkadang dilihat pada tabiatnya, yaitu aman dari permusuhan antar binatang tersebut, dan juga terkadang pada rasa dagingnya, dan jika ternyata semuanya mirip, atau tidak ada yang mirip dengannya, maka padanya terdapat dua pendapat.

(Kesimpulan):

Ad-Damiri menyatakan :
ومن هذه القواعد، يؤخذ تحريم الورل، لأنه من الحشرات، ولم يستثنوه. ومما يدل على منع أكل الورل، قول الجاحظ وغيره: إن الورل يقوي على الحيات، ويأكلها أكلاً ذريعاً، ويخرجها من جحرها، ويسكن فيه.

Dari kaidah-kaidah diatas di ambil kesimpulan akan keharaman warol (biawak), karena dia termasuk serangga (hama) yang tidak mereka kecualikan.Dan diantara dalil yang menunjukkan terlarangnya makan warol adalah ucapannya Al-Jaahidh dan lainnya: dan dia bisa mengalahkan ular, dan memangsanya dengan sangat ganas, dan mengusir ular dari lobangnya, lantas dia menempatinya.

الحكم: مقتضى ما تقدم من أكله الحيات أنه يحرم، وهذا هو الظاهر من قول الأقدمين
Hukum makan biawak, dari penjabaran di atas diantaranya bahwa biawak itu suka makan ular, maka dia itu haram, dan ini adalah yang nampak dari ungkapan orang-orang terdahulu (salaf).

Demikian sedikit yang bisa kami jelaskan dalam masalah ini, semoga bisa memberi siraman nasehat bagi mereka yang masih memangsanya, dan sebagai penghilang dahaga bagi yang mencarinya

وصلى الله على نبينا وعلى آله وسلم تسليما
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك أخوكم
SUMBER Url: http://id-id.facebook.com/notes/komunitas-islam-belajar-bersama-sama-ilmu-agama/perbedaan-dhobb-dan-biawak-dan-hukum-memakannya/460007590691567

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.