“Ya Allah, semoga Engkau merukunkan
keduamempelai ini sebagaimana Engkau telah merukunkan Nabi Yusuf dan Zulaikha”.
Ada kawan berseloroh
bahwa orang yang berdoa agar kedua mempelai itu saling sayang menyayangi
seperti Yusuf dan Zulaikha, hal itu sama saja mendoakan agar seseorang itu
menyayangi istri orang lain, alias berselingkuh.
Kebanyakan
para muballigh ,khususnya di Indoesia ketika di minta mendoakan kedua mempelai,
dengan tanpa ragu-ragu mereka menyandingkan nama Zulaikha dengan Nabi Yusuf,
seperti kutipan doa di atas. Konon biar kedua mempelai hidup rukun, mesra dan
bahagia sebagaimana Nabi Yusuf dan Zulaikha.
Apakah
benar nama istri al-aziz yang berniat mesum pada Nabi Yusuf itu adalah Zulaikha
? Betulkah Zulaikha menjadi istri Nabi Yusuf ? jika benar manakah riwayat yang
shahih tentang hal itu ? jika terbukti salah, berarti kita telah menyandingkan
nama yang keliru untuk istri Nabi Yusuf.
Riwayat seputar penamaan Zulaikha
وَقَالَ
الَّذِي اشْتَرَاهُ مِن مِّصْرَ لاِمْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَن
يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَداً وَكَذَلِكَ مَكَّنِّا لِيُوسُفَ فِي الأَرْضِ
وَلِنُعَلِّمَهُ مِن تَأْوِيلِ الأَحَادِيثِ وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ
وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata
kepada istrinya, “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik,
mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan
demikianlah Kami Memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir),
dan agar Kami Ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah Berkuasa terhadap
urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (QS.Yusuf:
21)
Dari
ayat ini, kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha (ada yang membaca Zalikha) timbul
dikalangan mufassirin.
Sedikit
sekali kitab tafsir yang menuturkan penamaan Zulaikha sebagai istri al-Aziz
dengan metodologi tranmisi di bawah ini, kami hanya menyebutkan beberapa kitab
tafsir yang meriwayatkan kisah itu berikut jalur-jalur periwayatannya.semua
terkait penafsiran atas surat
Yusuf ayat 21.
Al-Imam
Ibn Jarir at-Thabari (w.310 H) dalam kitab tafsirnya
Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ay al-Qur'an (populer dengan Tafsir al-Thabari)
menerima penamaan itu dari Ibn Humaid dari Salamah, dari Ibn Ishaq, dari
Muhammad bin al-Sa'ib, dari Abu Shalih, dari Ibn Abbas. Hanya saja nama itu
bukan Zulaikha melainkan Ra'il binti Ra'ail.[2]
Al-Imam Abu al-Laits al-Samarqandi (w.375
H), menyebutkan penamaan Zulaikha sebagai istri al-Aziz dalam tafsirnya Bahr
al-'Ulum, melalui riwayat dari Ibn Abbas.[3]
Al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi (w.911 H)
dalam kitabnya al-Durr al-Mantsur Fi al-Tafsir al-Ma'tsur, mengutip
penamaan istri al-Aziz itu dari riwayat Ibn Jarir (w.310 H) dan Ibn Hatim
(w.327 H), dari Muhammad bin Ishaq (w.150 H) berdasarkan riwayat ini, namanya
bukan Zulaikha, tetapi Ra'il binti Ra'ail.[4]
Al-Imam al-Qurthubi dalam kitab al-Jami'
Li Ahkm al-Qur'an menuturkan penamaan istri al-Aziz itu melalui beberapa
riwayat berbeda.
Nama Ra'il di dapatkannya dari riwayat Ibn Ishaq yang di
tuturkan oleh al-Mawardi, sementara Nama Zulaikha tidak di sebutkan sumber
riwayatnya. Demikian kedua riwayat itu di sebutkan oleh al-Tsa'labi dan
lainnya, kata al-Qurthubi menutup perhelatan pendapat seputar penamaan istri
al-Aziz.[5]
Al-Imam Ibn Katsir (w.774 H) dalam kitabnya Tafsir
al-Qur'an al-'Adzim, menuturkannya dari Muhammad bin Ishaq, bahwa istri
al-Aziz bernama Ra'il binti Ra'ail, yang lainnya mengatakan nama wanita itu
Zulaikha, ujar Ibnu Katsir.[6]
Al-Imam al-Syaukani (w.1250 H), dalam
kitabnya Fath al-Qodir menyebutkan nama Zulaikha dengan bersumber dari
riwayat Abu al-Syeikh dari Syu'ib al-Jaba'i. Adapun nama Ra'il binti Ra'ail di
dapatkannya dari riwayat Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Muhammad bin Ishaq.[7]
Mufassir lain menuturkan penamaan istri
al-Aziz itu, baik dengan Zulaikha atau Ra'il, dalam kitab-kitab tafsir mereka,
tetapi tidak menyebut sumber periwayatannya. Misalnya al-Imam al-Baghawi (w.510
H) dalam kitabnya Ma'alim al-Tanzil,[8]
Al-Imam Jalal ad-Din al-Mahalli dalam cuplikan kitabnya Tafsir
al-Qur'an al-Karim (masyhur dengan sebutan Tafsir Jalalain).[9]
Sebagian mufassir lain tampak hati-hati
menyikapi masalah ini, misalnya al-Imam al-Fakhr al-Razi (w.604 H), setelah
menyajikan menu cerita beraorama isra'iliyat seputar identitas orang Mesir yang
membeli Yusuf berikut istrinya secara detail. Dengan tegas beliau mengatakan:
"ketahuilah riwayat-riwayat di atas tidak ada dasarnya dalam al-Qur'an, begitu juga Hadits
shahih tidak ada yang menguatkannya”.
Lebih lanjut beliau menjelaskan ,penafsiran
kitab suci Al-Qur'an tidak disandarkan pada riwayat-riwayat ini karenanya,
orang yang berakal harus berhati-hati mengambil riwayat ini sebelum
menceritakannya pada orang lain.[10]
Begitu juga al-Imam Ibn al-Qoyyim (w.751 H)
dalam kitabnya al-Tafsir al-Qoyyim, ketika mentafsiri ayat di atas
,beliau tidak menyebutkan nama istri Al-Aziz ,mereka (para Ulama) tidak ada
yang menyebutkan nama wanita itu, mereka hanya menuturkan sifat-sifatnya yang
buruk sebagaimana Al-Qur'an menuturkannya.[11]
Hal
senada dilontarkan al-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, mufassir kontemporer dalam
kitabnya Tafsir al-Manar. Dia mengatakan, al-Qur’an tidak menyebut
secara jelas nama orang Mesir yang membeli Yusuf. Begitu juga nama istrinya.
Al-Qur’an bukan kitab cerita atau sejarah an-sich, melainkan di dalamnya
terdapat hikmah, nasihat, pelajaran dan pendidikan akhlak. Karenanya al-Qur;an
hanya menyebut orang Mesir itu dengan al-Aziz. Sebab gelar al-Aziz akan di
sandang Nabi Yusuf setelah di angkat menjadi kepercayaan raja di Mesir” ujar
Rasyid Ridha.[12]
Dan masih banyak lagi komentar para mufassir
yang tersebar dalam beberapa kitab tafsir lainnya, yang penting dari keterangan
itu, kita mengetahui sanad riwayat yang mengatakan bahwa istri al-Aziz itu
bernama Zulaikha atau Ra'il. Inilah fokus kajian kita.
Dari kitab-kitab tafsir itu, meskipun hanya
sebagian kecil saja yang kami suguhkan, ternyata yang menuturkan kisah itu
dengan sanad lengkap hanyalah al-Imam al-Thabari yaitu : Dari Ibn Humaid ,dari Salamah, dari Ibn
Ishaq, dari Muhammad bin al-Sa'ibm dari Abu Shalih, dari Ibn Abbas, dalam riwayat ini disebutkan istri al-Aziz bernama Ra'il
binti Ra'ail.
Sedang riwayat yang menyebut nama istri
al-Aziz adalah Zulaikha bersumber dari Syu'aib al-Jaba'i, kedua sanad
itu lemah sekali, bahkan palsu.
Hal itu dapat di ketahui dari dua orang rowi yaitu
Muhammad bin al-Sa'ib al-Kalbi dalam riwayat yang menyebutkan nama Ra'il binti
Ra'ail dan Syu'aib al-Jaba'i dalam riwayat yang menuturkan nama Zulaikha. Kedua orang ini
yang menyebabkan dua riwayat di atas lemah bahkan palsu.
Secercah
harapan
Setelah kita mengetahui sumber riwayat
seputar kisah romantis Nabi yusuf Zulaikha, khususnya tentang penamaan Zulaikha
itu sendiri, maka sesegera mungkin kita harus membenahi diri kita sendiri, agar
ibadah kita tidak berlandaskan pada kisah-kisah fiktif dan imajinatif.
Di samping itu kami juga berharap kepada
alim ulama para da’i dan muballigh, yang ditokohkan oleh masyarakat agar
meluruskan pemahaman keliru ini, sebab kisah romantis Nabi Yusuf -Zulaikha,
tidak hanya bumbu cerita israiliyyat yang menghibur kita sebelum tidur,
melainkan telah merangsek pada keyakinan atau akidah orang awam hingga banyak
dari mereka yang menjadikannya doa.
Dengan demikian semoga catatan kecil ini
menjadi pemicu bagi kita untuk bersikap kritis, tidak menerima secara taken
for granated (apa adanya).
Jadi,
kesimpulan dari berbagai penjelasan para mufassir , bahwa istri Nabi Yusuf as,
berdasarkan sanad yang lengkap sebagaimana yang di ungkap oleh
al-Thabari (dari Ibn Humaid ,dari Salamah, dari Ibn
Ishaq, dari Muhammad bin al-Sa'ib dari Abu Shalih, dari Ibn Abbas) adalah bernama Ra'il
binti Ra'ail.
Wallahu
A’lam.
sumber saefulkangmas
[1] Selengkapnya baca buku : Haji Pengabdi Setan, Karya: Prof.Dr.KH.Ali Mustafa Yaqub,MA,
Penerbit PT.Pustaka Firdaus,Jakarta,
Cetakan ketiga.2008, halaman :59-74. Dan tulisan ini pernah di presentasikan
dalam Bahtsul Masa’il Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di
Pesantren Tebu Ireng,Jombang,13 September 2003. Tulisan ini juga telah di muat
di Majalah AMANAH, edisi November 2003 M/Ramadhan 1424 H.
[4] Al-Suyuthi, Al-Durr al-Mantsur Fi al-Tafsir
al-Ma'tsur, (Beirut :Darul Kutub al-Imiyah,1990), juz 4.hlm.19.
[7] Al-Syaukani, Fath al-Qodir al Jami' Baina Fannai
al-Riwayah wal al-Diroyah min 'Ilm al-Tafsir, (Beirut : Darul Ma'rifah, tth),juz 3.hlm.15.
Tafsir
ini di tulis oleh dua Imam besar, Jalal ad-Din al-Mahalli (dari surat al-Baqarah sampai an-Isra), Jalal ad-Din
as-Suyuthi (dari surat al-Kahfi sampai an-Nas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.