Senin, 01 April 2013

Panduan Wirausaha: Berani Berpikir Keluar dari Cara Pikir Umum

Out-of-the-Box
Hampir semua kita menghabiskan minimal 12 tahun bersekolah. Apakah sekolah penting? Ya jelas penting.
Lalu, mengapa bersekolah? Untuk menuntut ilmu.
Mengapa jawaban bersekolah untuk menuntut ilmu itu benar? Karena sekolahan memberikan pelajaran kepada kita secara sistematis, secara bertahap. Mengapa harus sistematis? Agar kita pun mampu berpikir sesuai urutan sistem yang logis.
Ya, secara sadar atau tidak, kita kini sangat menjadi logis, sistematis dan realistis dalam berpikir dan mengmabil tindakan. Itu hasil dari sekolah. Cara berpikir sistematis dan logis inilah yang membedakan kita dengan orang-orang yang tidak pernah bersekolah. Tidak bisa disangkal, berpikir logis dan sistematis adalah baik. Namun bisa menjadi tidak baik jika kita keliru bertindak karena tradisi yang “harus” logis ini.
Karena pada kenyataannya, tidak semua kejadian dapat dijelaskan dengan pola pikir logis dan sistematis.
Bagaimana bisa cara berpikir seperti itu menjelaskan popularitas seorang “Norman Kamaru”, atau “Ayu Tingting” atau “Shinta dan Jojo?”
Bagaimana pula kita bisa menjelaskan bencana yang datang tiba-tiba secara tidak sistematis? Bagaimana pula kita bisa menjelaskan novel Laskar Pelangi bisa jadi demikian fenomenal, padahal Andrea Hirata, si penulisnya tidak pernah mengirimkan naskah itu ke penerbit?.
Krisi finansial pada tahun 2008 di Amerika dan 2010 di Eropa, memicu krisis global, membuktikan bahwa bisnis tidak dapat dianalisa “HANYA” dengan cara berpikir sistematis dan logis saja. Perusahaan-perusahaan besar yang begitu kuat secara finansial bertumbangan dengan mudahnya, sementara pada saat yang sama, pemilik warung-warung makan tetap saja dapat mencetak keuntungan. Padahal belum tentu otak pemilik warung “lebih” brillian dari para pimpinan perusahaan besar yang bangkrut itu. Mengapa???
Jawabannya adalah, ada kekeliruan bertindak akibat cara berpikir yang sangat logis dan sistematis itu. Untuk dapat mengantisipasi kekeliruan karena cara pikir ini, kita harus memahami bahwa:
Sebagai manusia, kita harus berubah setiap saat, kita harus berani dan mampu berpikir sesuatu yang tidak umum terjadi. Selalu berpikir dengan “cara umum” harus ditinggalkan.
Dengan cara yang sama tidak akan mampu memberi hasil yang berbeda. Lakukan hal berbeda jika ingin hasil yang berbeda.
Karena kita ingin sukses, maka kita harus berpikir bahwa kesuksesan akan dapat diraih jika pikiran kita dipenuhi oleh pikiran sukses, berpikir sukses di awal, bukan berpikir tentang kegagalan.
Berani Berpikir Keluar dari Cara Pikir Umum
Semua anak sekolahan cara berpikirnya sama. Mereka ‘harus’ mengerjakan soal dengan cara yang sama, dan jawabannya pun harus sama. Sebab, jika tidak sama, mereka akan salah, nilai jelek dan bisa tidak lulus. Nah, sekolah- sekali lagi- telah mengajarkan kepada kita cara berpikir sesuatu yang umum terjadi.
Memangnya, dengan pola pikir umum seperti ini, kita bisa mengubah dunia?? PASTI TIDAK!!!
Itulah sebabnya mayoritas karyawan yang berani memiliki usaha sampingan pun pasti bertindak secara umum menjadi pedagang biasa. Jarang ada yang bisa mempunyai bisnis besar yang menjadikannya raja kecil di kerajaan bisnis yang dia bangun. Jarang sekali. Mengapa demikian? Sebab cara berpikirnya masih umum, logis dan sistematis. Cermatilah, usaha sampingan karyawan yang paling umum adalah: warung kelontong, warung makan, agen voucher dan sejenisnya.
Ini menjadikan kita tidak kompetitif!
Bayangkan, melihat ada tetangga yang buka cunter pulsa laris, kita pun ikut-ikutan buka counter pulsa. Melihat tetangga sukses buka warung makan laris,kitapun ikut berpikir untukbuka hal yang sama dengan pertimbangan “PASAR yang sudah terbentuk”. Benarkah selalu demikian? Mengapa tidak berpikir menjadi suplier telur, atau hal lain untuk mensuplai warung miliktetangga kita? Kan ini lebih asik, dan tidak perlu harus bersaing dengan tetangga kita yang telah mapan duluan?
Bisnis, harus berpikir berbeda. Berani berpikir diluar kebiasaan umum. Hasilkanlah produk yang menjadi pembeda.
Contoh paling umum, seandainya saja dulu Wrigth bersaudara tidak berpikir bahwa kita bisa terbang bagai burung, mungkin kita tidak akan menyaksikan bahwa jarak menjadi dekat dengan pesawat terbang. Seperti yang semua kita ketahui, Wrigth bersaudara adalah pemilik pabrik SEPEDA. Jika mereka hanya berpikir umum, hanya memikirkan sepedanya, ya kita tidak melihat ada pesawat terbang. (sumber ; kampung wirausaha)