1. Pengertian Belajar
Berusaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu: berlatih: berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[1]
Menurut Laksono Widodo, Dari sejumlah pengertian belajar ada kata
yang penting yaiti change atau perubahan. Seseorang yang melakukan
aktifitas belajar dan diakhiri dari aktifitasnya itu telah memperoleh perubahan
dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru, maka individu itu dikatakan
telah belajar.[2]
belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri manusia, mencangkup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya.[3]
Belajar menurut Cronbach berpendapat bahwa “Learning
is shown by change in behavior as result of experience”. Jadi menurut Cronbach
belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.[4]
Slameto merumuskan pengertian belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[5]
Dari berbagai pendapat di atas tentang pengertian belajar dapat dibuat
kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang
terjadi akibat adanya usaha yang di lakukan oleh orang itu sendiri.
1. Teori Belajar
seiring dengan berkembangnya psikologi dalam
pendidikan, maka bermuncullah berbagai teori belajar yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu; teori behavioristik, teori kogniktif, teori
humanistis.
a. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik ini menurut pakar
behavioristik disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “S
– R psychologists”. mereka berpendapat bahwa, tingkah laku manusia itu dikendalikan
oleh ganjaran (reword) atau
penguatan (reinforcement”) dari lingkungan. dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral
dengan stimulasi.[6]
Psikolog yang mempelopori lahirnya teori belajar behavioristik
ini yaitu, Thorndike, Pavlon, Waston, Guhtrie, dan Skinner. mereka mengadakan
penelitian dan menemukan teori yang berharga mengenai hal belajar.
Adapun temuanya antara lain sebagai berikut:
a)
Thorndike (1874-1949) disebut juga “connectionism”
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respon. dari penelitian Thorndike menemukan hukum-hukum sebagai berikut:
1.
“Law of readiness” jika reaksi
pada stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka
reaksi menjadi memuaskan.
2.
“Law of exercise” makin banyak
dipraktekkan makin kuat hubungan itu. praktek perlu disertai “reward”.
3.
“Law of effect” jika terjadi
hubungan antara stimulas dan respon, dan dibarengi dengan “state of affairs”
yang memuaskan, maka hubungan menjadi lebih kuat, jika menganggu maka menjadi
berkurang.[7]
b)
Ivan Pavlon (1849-1936) disebut juga “classical
conditioning”. mengadakan percobaan
terhadap anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi
bersyarat pada anjing. [8] menurut
Pavlon … bahwa tingkah laku itu dibentuk dengan pengaturan dan manipulasi
lingkungan.[9]
c)
Jon B. Waston (1878-1958), prinsipnya
sama dengan Ivan Pavlon karena telah mengembangkan teori dari Ivan Pavlon, menurut Waston, manusia dilahirkan dengan
beberapa reflek dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah.[10]
d)
E.R. Guhtrie (1886-1959), ia memperluas
penemuan Waston tentang belajar dan mengemukakan prinsipnya “the law
association” yang berbunyi suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai
suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi
stimulus itu muncul kembali.[11]
e)
Skinner (1938) dengan teori Operant
conditioning.[12]
menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai factor
terpenting dalam proses belajar. jadi Skinner berpendapat, bahwa tujuan
psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.[13]
b. Teori Belajar Kogniktif
Dalam teori belajar ini bependapat, bahwa tingkah laku
seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” atau “reinforcement”,
tapi tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu mengenal
atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.[14]
Teori belajar ini mulai berkembang dengan lahirnya
teori “Gestalt” peletak dasar teori psikologi ini dipelopori oleh Mex Werthimer
(1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. kemudian Kurt
Koffa (1886-1941) menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan;
disusul lagi oleh Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang “insight”
pada simpanse.
Kaum Gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu
berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.[15]
Gestal adalah keseluruhan dalam satu kesatuan dan kebulatan atau totalitas yang
menpunyai arti penuh di mana tiap-tiap bagian mendukung bagian yang lain serta
mendapat arti dalam keseluruhan.[16]
c. Teori Belajar Humanistik
Psikolog humanistik berpendapat bahwa motivasi dasar
manusia adalah mencapai aktualisasi diri (betul-betul ada atau sesungguhnya).[17] Psikologi ini berusaha memahami perilaku
seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).[18] para Humanist berpendapat bahwa tiap orang
itu menentukan perilaku mereka sendiri. mereka bebas dalam memilih kualitas
hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungan.[19]
Beberapa tokoh yang mengemukakan teori belajar sesuai
dengan aliran humanistik yaitu, Maslov (1954), Rogers (1974), Combs (1974).
a)
Maslov, teorinya didasarkan atas asumsi
bahwa di dalam diri kita ada dua hal: 1) suatu usaha yang positif untuk
berkembang. 2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
menurutnya, kebutuha-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hierarki.
bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, maka barulah dapat
mengnginkan kebutuhan yang terletak di atasnya. hirarki kebutuhan manusia ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikanoleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.[20]
b)
Rogers,
dalam bukunya “freedom to learen”, ia menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, diantaranya ialah:
1)
Manusia itu mempunyai kemampuan untuk
belajar secara alami.
2)
Belajar yang bermakna diperoleh siswa
dengan melakukannya.
3)
belajar atas inisiatif sendiri yang yang
melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan
cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.[21]
c)
Combs, beliau mengatakan bahwa aapbila
kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami duia persepsi
orang itu. beliau juga melihat adanya dua bagian pada learning, ialah: 1)
pemeroleham informasi baru; 2) “personalisasi” informasi ini pada
indiividu. jadi dalam mengajar tugas yang penting adalah bagaimana caranya
membawa si siswa untuk memperoleh “arti bagi pribadinya” dari subyek matter
itu, dan bagaimana siswa menghubungkan subyek metter itu dengan kehidupannya.[22]
Dari uraian tentang teori-teori diatas, perlu difahami
bahwa perbedaan yang terdapat pada berbagai teori belajar tersebut dikarenakan
perbedaan jenis-jenis belajara yang diselidiki. belajar ada yang bertahab
rendah dan ada yang bertahab tinggi, ada yang bersifat skill atau kecakapan,
dan ada juga yang bersifat rasional. Jadi dalam hal ini, menilai suatu benar
dan tidaknya suatu keberhasilan dari teori-teori tersebut, perlu memandang dari
segi mana jenis-jenis belajar yang akan diteliti. dan yang terpenting adalah
seorang pndidik atau peneliti mengambil manfaat dari masing-masing teori itu,
dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang akan dipelajari
atau dikaji.
2.
Faktor-Faktor pada Hasil Belajar
Telah dikatakan, bahwa beelajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaruab dalam tingkah laku,
atau skill. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bemacam-macam
faktor. faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yakni
sebagai berikut:
1)
Faktor internal
Yaitu faktor yang berasal dari diri siswa terdiri dari dua aspek; aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) misalnya kondisi fisik sakit- sakitan atau cacat pada
fisik. Dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) misalnya; Intelgensi, bakat, minat,
motivasi, dan cara belajar.[23]
2)
Faktor eksternal (yang berasal dari luar
diri)
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Keluarga adalah ayah, ibu,
anak-anak dan famili yang menjadi penghuni rumah, factor ini sangat menentukan
berhasilnya siswa dalam belajar. Sekolah turut mempengaruhi dimana kualitas
guru, metode mengajarnya, keadaan ruang dan lain sebagainya kurang standar,
maka akan menjadi kurang hasil belajar siswa tersebut. Masyarakat dan
lingkungan ssekitar juga sangat menentukan hasil belajar pada anak, jika
masyarakatnya terdiri dari dari orang-orang yang berpendidikan dan bermoral
tinggi, serta suasana lingkungan dengan iklim yang sejuk, maka hal tersebut
akan menunjang proses belajar.[24] .
untuk footnote memang penulis sembunyikan.
Silahkan di copy, jika bermanfaat, jangan lupa cantumkan sumber linknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.