~SILSILAH AULIYA'IT TIS'AH~
Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin
Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang . Dalam silsilah tersebut tercatat
tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil
Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar
ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang
Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin
Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath, yang
mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja
Palembang yang
bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan
Giri.
Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang
berada di Indonesia
berasal dari Hadramaut.
Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih,
dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman
dan Ahmad. Dari Abdul Malik Azmatkhan inilah, yang keturunannya dikenal dengan "AZMATKHAN",
menurunkan leluhur wali songo di Indonesia .
Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada 26 Jumadil Akhir 574 hijriyah.
Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di
India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya
sayid Abdullah Amir Khan. Sayid Abdullah Amir Khan mempunyai anak bernama Amir
al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad Jalaluddin. Beliau dikarunia anak bernama
Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Champa (Kamboja)., Jamaluddin
Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif
Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.
Di Kemboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di
negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam (Maulana Israel ) dan
Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi).
Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya
Khidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam (Maulana Israel )dikarunia anak bernama
Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim
Zainuddin Akbar Asmaraqandi)bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah
Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama
Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan
perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang , kemudian melalui jalan darat tiba
di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya
berpindah ke tangan Majapahit.
Dari Pajajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya
ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya .
Ketika itu Surabaya
masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh
hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel.
Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu
setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan
ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.
Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)yang
berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Champa (Kamboja) dan
menikah di sana .
Beliau dikarunia empat orang anak yaitu Fadhal Ali Murtadha (Raja Pandita/Raden
Santri), Maulana Ishaq, Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel)dan Syarifah Zainab.
Fadhal Ali Murtadha kemudian menikah dengan Syarifah Sarah (Putri
dari Maulana Malik Ibrahim bin Barakat Zainul Alam dari Istri pertamanya yang
bernama Syarifah Fathimah binti Sayyid Ali Nurul Alam) dan dikaruniai 3 orang
anak, yaitu: Utsman Haji (Sunan Ngudung), Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan
Sunan Geseng.
Dan Sunan Ngudung memiliki 2 anak yaitu Sayyid Ja'far Shadiq
yang bergelar Sunan Kudus. dan Syarifah Dewi Sujinah yang menikah dengan Sunan
Muria.
Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah
Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq
kemudian pindah ke Blambangan (Sekarang daerah Banyuwangi). Beliau dinikahkan
oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq
mempunyai seorang anak bernama Sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Kemudian
Maulana Ishaq meninggalkan bumi Blambangan, dan menuju ke Pasai, di Pasai, ia
menikah dengan Syarifah pasai dan dikaruniai 2 anak, yaitu Syarifah Sarah (yang
kemudian menikah dengan Sunan Kalijaga), dan Sayyid Abdul Qadir.
Sunan Ampel menikah dengan dua isteri, Isteri pertama
bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, memiliki
5 anak yaitu: 1. Maulana Mahdum Ibrahim alias Raden Mahdum Ibrahim alias Sunan
Bonang, 2.Syarifuddin alias Raden Qasim alias Sunan Derajat, 3.Siti Syari’ah
alias Nyai Ageng Maloka alias Nyai Ageng Manyuran, 4.Siti Muthmainnah, 5. Siti
Hafsah.
Sedangkan Isteri kedua dari Sunan Ampel bernama Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning, dikaruniai 6 orang anak, yaitu:1. Dewi Murtasiyah (Istri
Sunan Giri, 2. Dewi Murtasimah alias Asyiqah (Istri Raden Fattah), 3.Raden
Husamuddin (Sunan Lamongan, 4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak, 5. Pangeran
Tumapel, 6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2.
Adapun Syarifah Zainab binti Ibrahim Zainuddin Akbar (adik
dari Sunan Ampel) menikah dengan Sayyid Ahmad bin Syekh Subakir yang bergelar
Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta)dan dikaruniai 2 anak yaitu Raden Syahid (Sunan
Kalijaga) dan Syarifah Fathimah.
Keturunan Wali Songo sampai sekarang masih ada, mereka
menggunakan FAM KESAYYIDAN, Yaitu "AZMATKHAN".
Seorang peneliti Sejarah Wali Songo, yang juga merupakan
keturunan Sunan Kudus, yaitu As-Sayyid Al-Habib Bahruddin Azmatkhan
mengumpulkan data-data keturunan Wali Songo sampai sekarang, catatannya berisi:
Nasab Wali Songo, Nasab Para Raja Islam Nusantara, Nasab Para 'Alawiyyin Al-Hasani
dan al-Husaini. Sekarang catatan itu diwariskan kepada cucunya yang bernama Asy-Syaikh
As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini (Sekarang beliau adalah
Mursyid Thariqah Wali Songo).
sumber: http://warkoplalar.blogspot.com/2011/07/silsilah-wali-9.html
nyimak
BalasHapus