HIZBUT TAHRIR PASTI GAGAL
Jika ada yang bertanya, tentang prospek dan masa depan
Hizbut Tahrir dalam memperjuangkan khilafah al-Nubuwwah, maka bagaimana jawaban
yang paling tepat? Jawaban yang paling tepat adalah, Hizbut Tahrir pasti
memperoleh kegagalan, bukan kesuksesan dalam memperjuangkan khilafah
al-nubuwwah yang mereka obsesikan. Mengapa demikian?
Tentu, karena khilafah
al-nubuwwah telah berlalu dan perjalanan sejarah. Berkaitan dengan khilafah
al-nubuwwah tersebut ada dua hadits yang patut menjadi renungan kita, agar
tidak terpengaruh Hizbut Tahrir.
Pertama, hadits shahih berikut ini:
عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُمْهَانَ قَالَ حدثني سَفِينَةُ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ
مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ
ثُمَّ قَالَ وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ
خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ
لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ
كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ.
“Sa’id bin Jumhan berkata: “Safinah menyampaikan hadits
kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pemerintahan Khilafah pada umatku
selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh pemerintahan
kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah masa kekhilafahan Abu
Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun).” Safinah berkata lagi
kepadaku: “Tambahkan dengan masa khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya
tiga puluh tahun.” Sa’id berkata: “Aku berkata kepada Safinah: “Sesungguhnya
Bani Umayah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka
(Bani Umayah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong
seburuk-buruk para raja”. (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).
Hadits di atas menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa
kepemimpinan khilafah yang mengatur roda pemerintahan umat sesuai dengan ajaran
kenabian (khilafah al-nubuwwah) dan menerapkan syariat Islam secara sempurna,
hanya berjalan selama tiga puluh tahun, yaitu masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali -radhiyallahu ‘anhum. Sebagian ulama
ada yang memasukkan masa pemerintahasan Sayidina Hasan bin Ali -radhiyallahu
‘anhuma-, ke dalam khilafah al-nubuwwah ini, karena masa kekuasaan beliau
melengkapi masa tiga puluh tahun tersebut.
Kedua, hadits lain
yang menjelaskan tentang khilafah al-nubuwwah, adalah hadits shahih berikut
ini:
عَنْ
حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه
وسلم قَالَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ
يَرْفَعُهَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا شَاءَ، ثُمَّ تَكُوْنُ الْخِلاَفَةُ عَلىَ
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًّا
فَتَكُوْنُ مُلْكًا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ يَرْفَعُهُ إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهُ ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ. قَالَ حَبِيبٌ فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ
عَبْدِ الْعَزِيزِ وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي
صَحَابَتِهِ فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ
فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ يَعْنِي عُمَرَ
بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ
بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُرَّ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.“
Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhyalahu ‘anhu, berkata:
“Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Kenabian akan menyertai kalian selama Allah
menghendakinya, kemudian Allah mengangkat kenabian itu bila menghendakinya.
Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian dalam waktu Allah
menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian
akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian
Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang
memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan
kenabian. Lalu Nabi SAW diam”. “Habib bin Salim berkata: “Setelah Umar bin
Abdul Aziz menjadi khalifah, sedangkan Yazid bin al-Nu’man bin Basyir menjadi
sahabatnya, maka aku menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya
tentang hadits ini [yang aku riwayatkan dari ayahnya]. Lalu aku berkata kepada
Yazid dalam surat
itu: “Sesungguhnya aku berharap, bahwa Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz
adalah khalifah yang mengikuti minhaj al-nubuwwah sesudah kerajaan yang
menggigit dan memaksakan kehendak.” Kemudian suratku mengenai hadits ini
disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan
kagum dengan hadits ini.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, Abu Dawud, al-Baihaqi dan
lain-lain).
Hadits pertama membatasi khilafah selama tiga puluh
tahun, yaitu masa khilafahnya Khulafaur Rasyidin. Sedangkan hadits Hudzaifah
bin al-Yaman, menjanjikan adanya khilafah lagi, pasca kerajaan yang diktator
dan otoriter. Akan tetapi semua ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
khilafah al-nubuwwah dalam hadits Hudzaifah tersebut adalah khilafahnya Umar
bin Abdul Aziz.
Oleh karena itu, al-Imam al-Syafi’i:
اَلْخُلَفَاءُ
خَمْسَةٌ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيْزِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ.
“Khalifah itu ada lima
orang, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu
‘anhum.” (Ibnu Abi Hatim al-Razi, Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 189).
Al-Imam Sufyan al-Tsauri, juga berkata:
اَلْخُلَفَاءُ
أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ
وَمَنْ سِوَاهُمْ فَهُوَ مُبْتَزٌّ.
“Para Khalifah itu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar
bin Abdul Aziz. Sedangkan selain mereka, itu adalah perampas atau pemeras.”
(Ibnu Abi Hatim al-Razi, Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 191).
Dua hadits di atas menyatakan bahwa khalifah itu hanya
tiga puluh tahun, ditambah dengan seorang khalifah setelah penguasa yang
diktator. Kemudian para ulama seperti al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Sufyan
al-Tsauri menyatakan, bahwa khalifah itu hanya lima
orang, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz, sedangkan
selain lima
orang tersebut hanyalah penguasa yang merampas kekuasaan dengan tidak benar.
Dengan demikian, berarti obsesi Hizbut Tahrir dalam
memperjuangkan khilafah, pasti menemukan kegagalan, karena apa yang akan mereka
raih –seandainya berhasil-, itu bukan khilafah, tetapi kekuasaan diktator dan
perampas. Wallahu a’lam.
Oleh: Ustadz Muhammad Idrus Ramli
(Aktivis LBM NU Jember)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.