Selasa, 14 Juni 2011

Mengungkap Misteri Mustika Koka



Jakarta - Mustika Koka adalah sebuah tasbih yang berasal dari biji tanaman koka yang memang langka. Tanaman koka telah dikenal di Indonesia, tanaman ini perkenalkan oleh pemeritah Hindia Belanda di Jawa pada 1897 sejak awal kolonisasi.



Sejak tahun 1927, Kerajaan Belanda resmi melakukan kampanye anti narkotika, dan menghimbau kepada seluruh negeri beserta koloninya termasuk Pemerintah Hindia Belanda, untuk menghentikan penanaman Koka yang merupakan penghasil kokain dan meninmbulkan penyimpangan negatif.



Namun, tanaman ini tetap masih ada dan biji koka yang keras ini kemudian tak jarang dimanfaatkan untuk keperluan lain.Konon biji tanaman ini memiliki khasiat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, bahkan biji koka ini juga bisa dijadikan tasbih sebagai penghitung bilangan wirid. Khasiat lain yang tersembunyi dan muncul berikutnya yaitu ketika tasbih yang terbuat dari koka ini direndam kedalam air, maka air tersebut memiliki tuah mengobati sakit panas.





Manfaat mustika koka atau tasbih koka antara lain untuk keselamatan dari santet dan hipnotis dan untuk pengasihan. Tasbih koka atau mustika koka konon banyak diburu oleh kolektor benda Antik dan kolektor benda Magis.




Dari sini, biji koka yang semakin langka dan memang dilarang beredar justru banyak dicari dan diminati. Terlebih ada embel-embel daya magis yang melingkupi kisah yang terus beredar.

Tak hanya dalam sejarah Belanda, dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pun hingga sekarang, seperti dijelaskan oleh Badan Narkotika Nasional, tanaman Koka merupakan tanaman penghasil kokain yang juga dilarang tumbuh di Indonesia. Kokaina ialah alkaloid tropana atau tanaman tropis yang diperoleh dari daun-daun tumbuhan koka Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan.

Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”. Ini umumnya digunakan anestetik (pembiusan) lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. (imm/imm)



Manfaat daun koka vs susu


Jika selama ini orang menganggap susu adalah minuman yang paling banyak mengandung kalsium ternyata anggapan tersebut dimentahkan oleh pemerintah Bolivia.

Daun koka ternyata memiliki kandungan nutrisi lebih banyak ketimbang susu. Sebuah pernyataan yang bertentangan dengan kenyataan yang selama ini melarang penggunaan daun koka dalam segala bentuk.

Meskipun daun koka sendiri termasuk dalam kategori narkotika, namun pemerintah Bolivia justru menyarankan penggunaan daun koka ini di sekolah. Hal ini dibenarkan Menteri Luar Negeri Bolivia David Choquehuanca yang menyebutkan lebih baik mulai mengganti produk susu dengan daun koka sebagai bekal anak-anak saat di sekolah.

“Anak-anak kita lebih butuh kalsium dan daun koka mengandung kalsium lebih banyak dari susu, selain itu daun koka juga memiliki kandungan fosfor lebih banyak dari ikan,” ujar Choquehuanca dalam sebuah wawancara.

“Mungkin kita bisa mulai mengganti atau menambah menu daun koka dalam setiap bekal makan siang mereka.”

Pernyataan Choquehuanca ini diperkuat dengan penelitian mendalam tentang daun koka yang dilakukan Departemen Kesehatan Bolivia dan Universitas Harvard.

Sehelai daun koka dengan berat 100 gram mengandung 18,9 miligram (mg) kalori protein, 45,8 mg zat besi, 1.540 mg kalsium. Selain itu, daun koka juga mengandung vitamin A, B1, B2, E, dan C yang kadarnya lebih banyak dari kacang-kacangan.

Daun koka sendiri telah dikenal masyarakat Bolivia sebagai tonik (zat untuk menaikkan ketahanan tubuh) dan sebagai penahan rasa lapar. Selain kaya zat gizi, daun koka juga diproses menjadi kokain dan dijual ke luar negeri, terutama ke pasar Amerika dalam perdagangan ilegal bernilai tinggi.

Namun langkah pengembangan tanaman koka ini terganjal dengan langkah Amerika yang melarang Bolivia dibawah pemerintahan Presiden terpilih Evo Morales, presiden pertama keturunan suku Aymara (suku Indian), untuk melanjutkan industri tanaman koka baik yang ilegal maupun sebagai adat kebiasaan masyarakat Bolivia.

Sementara itu menanggapi proposal yang diajukan Choquehuanca, oposisi pemerintah yang juga pernah menjabat sebagi Menteri Pendidikan Tito Hoz de Vila menolak keras penggunaan daun koka di sekolah karena efek buruk yang ditimbulkannya.

“Anak-anak akan tertidur di kelas dan tak akan bisa fokus pada pelajaran dan tugas sekolah mereka,” tambah de Vila.

sumber : http://www.kapanlagi.com/a/0000002847.html

SEMOGA BERMANFAAT....

1 komentar:

  1. Terimakasih atas sharenya nya yang sangat memberikan inspirasi buat kami,semoga bermanfaat untuk kami selamanya,

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.