Budidaya Cabai merupakan pilihan
agribisnis bernilai ekonomis tinggi, untuk itu cara menanam cabai yang tepat, baik
cara pengendalian hama
penyakit maupun teknik budidaya cabe, sangat menentukan keberhasilan budidaya. Cara
menanam cabai yang saya uraikan di sini sudah disesuaikan dengan kondisi di
lapangan pada saat ini. Saya rangkai sedemikian rupa sehingga cara budidaya ini
sangat praktis dan mudah diterapkan terutama bagi petani cabe pemula.
HAMA TANAMAN CABAI
Hama gangsir yang menyerang tanaman cabai
adalah Brachytrypes portentosus.
Hama tungau pengganggu tanaman cabai adalah tungau
kuning (Pol Polphagotarsonemus lotus) dan tungau merah (Tetranychus
cinnabarinus).
TEKNIK DAN CARA MENANAM CABAI
YANG BAIK
Demi menunjang keberhasilan
budidaya tanaman, petani cabe harus memperhatikan teknik menanam cabai yang
baik. Pemahaman tentang iklim, tanaman, maupun hal-hal yang berhubungan dengan
proses budidaya, juga perlu diperhatikan sehingga memudahkan petani cabai untuk
melakukan proses penanganan, terutama ketika di lapangan banyak dijumpai
permasalahan-permasalah yang membutuhkan penangangan segera dan serius.
SYARAT TUMBUH TANAMAN CABAI
Selama budidaya, tanaman cabai
membutuhkan syarat-syarat untuk menunjang keberhasilan usahatani, pertumbuhan
tanaman yang vigor dan sehat merupakan harapan petani cabai. Untuk itu
pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman cabai perlu diketahui, seperti
berikut:
Tanah
Tanah tempat penanaman cabai
harus gembur dengan kisaran pH 6,5-6,8.
Air
Tanaman cabai memerlukan air
cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut unsur
hara, pengangkut unsur hara ke organ tanaman, pengisi cairan tanaman cabai, serta
membantu proses fotosintesis dan respirasi selama proses budidaya berlangsung. Tetapi
pemberian air tidak boleh berlebihan.
Iklim
Angin sepoi-sepoi cocok untuk
menanam cabai. Curah hujan tinggi berpengaruh terhadap kelebihan air. Intensitas
sinar matahari sangat dibutuhkan tanaman cabai, berkisar antara 10–12 jam per
hari. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai 24°C- 28°C.
PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA CABAI
Setelah mengetahui syarat tumbuh
tanaman cabai, sebelum mulai menjalankan budidaya, terlebih dulu dilakukan
persiapan teknis seperti pemilihan lokasi maupun persiapan sarana dan prasarana.
Pemilihan Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya sebaiknya dipilih
yang strategis, transportasi mudah, dekat sumber air, jauh dari area penanaman
cabai lain/tanaman sefamili. Sejarah lahan sangat penting untuk diperhatikan, paling
baik lahan tidak ditanami tanaman cabe selama minimal 2 tahun terakhir agar
diperoleh hasil optimal.
Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah untuk
menunjang keberhasilan budidaya sangat diperlukan agar diketahui nilai pH-nya, sehingga
kita dapat menentukan aplikasi kapur pertanian, terutama pada tanah masam atau
nilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH
meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara
zigzag.
Persiapan Sarana Prasarana
Persiapan sarana dan prasarana
selama budidaya cabe meliputi:
Pengadaan tanah untuk media semai.
Pengadaan pupuk kandang, pupuk
kimia, dan kapur pertanian.
Pengadaan benih dan mulsa PHP (Plastik
Hitam Perak).
Pengadaan Pestisida.
Pengadaan ajir, bambu penjepit
mulsa PHP, dan tali pertanian.
Pengadaan peralatan.
Persiapan tenaga kerja.
PELAKSANAAN BUDIDAYA
Budidaya secara intensif harus
dilakukan selama proses budidaya, karena budidaya intensif berpeluang
mendatangkan keuntungan besar. Diperlukan persiapan-persiapan matang serta
pengetahuan tentang cara menanam cabai, baik deskripsi tanaman cabe maupun
pengendalian hama
dan penyakit cabai.
Persiapan Lahan
Sebelum menjalan usaha budidaya, diperlukan
persiapan-persiapan dasar, seperti :
Pembajakan dan penggaruan.
Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120
cm, tinggi 40-70 cm, lebar parit 50-70 cm.
Pemberian kapur pertanian
sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP untuk tanah dengan pH di bawah 6,5.
Pemberian pupuk kandang
fermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa
PHP.
Pengadukan/pencacakan bedengan
agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah. Rapikan bedengan.
Pemasangan mulsa PHP.
Pembuatan lubang tanam.
Jarak tanam ideal musim kemarau 60
cm x 60 cm dan musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm. Tujuannya untuk
menjaga kelembaban udara di sekitar pertanaman cabe.
Pemasangan ajir.
Persiapan Pembibitan dan
Penanaman Cabai
Rumah atau sungkup pembibitan.
Pembuatan media semai. Komposisi
media semai adalah 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus.
Media semai dimasukkan ke dalam polibag semai.
Penyemaian benih cabai.
Pemeliharaan bibit cabe. Pembukaan
sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, kemudian sungkup dibuka lagi jam 15.00-17.00.
Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka penuh untuk penguatan tanaman
cabe. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan
pestisida dilakukan pada umur 15 hss (hari setelah semai). Dosis ½ dari dosis
dewasa.
Pindah tanam. Bibit cabai (cabe) berdaun
sejati 4 helai siap pindah tanam ke lahan.
PEMELIHARAAN TANAMAN CABAI
Penyulaman Tanaman Cabai
Penyulaman tanaman dilakukan
sampai umur cabe 3 minggu. Apabila umur tanaman cabai sudah terlalu tua dan
masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabe tidak seragam. Berpengaruh
terhadap pengendalian hama
penyakit tanaman cabe.
Perempelan dan Pengikatan Tanaman
Cabai
Perempelan tunas samping. Perempelan
tunas samping dilakukan pada tunas yang keluar di ketiak daun. Bertujuan memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman, agar tanaman cabe tumbuh kekar, disamping itu
juga menjaga kelembaban saat tanaman cabai sudah dewasa. Dilakukan sampai
pembentukan cabang utama, ditandai munculnya bunga pertama.
Perempelan daun. Perempelan daun
cabe dilakukan ketika tanaman cabai memasuki umur 80 hst (hari setelah tanam). Perempelan
dilakukan pada daun-daun cabai di bawah cabang utama dan daun tua/terserang
penyakit.
Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan selama budidaya
meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan
sehingga tidak muncul genangan, tanaman cabe terserang hama penyakit disingkirkan dari area
penanaman cabai.
Pengairan
Pengairan selama proses budidaya
berlangsung diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban
seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas
penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
Pemupukan Susulan
Pupuk Akar
Diberikan dengan cara pengocoran :
Umur 15 hst dan 30 hst, dosis 3kg
NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai
200ml.
Umur 45 hst dan 60 hst, dosis 4kg
NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai
200ml.
Umur 75 hst, 90 hst dan 105 hst, dosis
5kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman
cabai 200ml.
Pupuk Daun
Kandungan Nitrogen tinggi
diberikan saat tanaman cabai berumur 14 hst dan 21 hst.
Kandungan Phospat, Kalium dan
Mikro tinggi diberikan saat tanaman cabai berumur 35 hst dan 75 hst.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI
Gangsir
Pengendalian kimiawi selama
budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada
lubang tanam.
Ulat Tanah
Ulat tanah yang sering menyerang
tanaman cabai adalah spesies Agrotis ipsilon.
Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
Ulat Grayak
Serangan ulat grayak pada tanaman
cabai berasal dari spesies Spodoptera litura.
Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Ulat Buah
Ulat buah tanaman cabai adalah
Helicoverpa sp.
Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Thrips
Thrips tanaman cabai adalah
Thrips parvispinus.
Pengendalian kimiawi selama
budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Kutu Daun
Kutu daun tanaman cabai adalah
Myzus persiceae.
Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin,
atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman cabai adalah
Bemisia tabaci.
Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir,
sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Tungau
Pengendalian kimiawi pada
budidaya tanaman ini menggunakan insektisida akarisida berbahan aktif propargit,
dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau
fenpropatrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Lalat Buah
Lalat buah tanaman cabai adalah
Dacus dorsalis.
Pengendalian lalat buah pada
tanaman cabe salah satunya dengan memanfaatkan sexpheromone (perangkap lalat) dimana
lalat dibiarkan terperangkap ke dalam botol aqua yang didalamnya diberi metil
eugenol, botol aqua ini diikat dengan bambu atau lanjaran pada posisi
horisontal. Atau dapat juga memanfaatkan buah-buahan beraroma yang disukai
lalat buah, seperti buah timun atau nangka yang telah dicampur metomil (insektisida).
Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan pada seluruh bagian tanaman cabe, menggunakan
insektisida berbahan aktif deltametrin, sipermetrin, profenofos, metomil, kartophidroklorida,
klorpirifos, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Nematoda
Serangan hama nematoda pada tanaman cabai disebabkan
oleh Meloidogyne incognita.
Cara pengendalian hama ini dengan pemberian
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
Lihat PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
CABAI
Untuk informasi lebih detailnya.
PENYAKIT TANAMAN CABAI
Rebah Semai
Rebah semai tanaman cabai adalah
Pythium debarianum.
Cara pengendalian pada cabe
dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida,
simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak
berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari
dosis terendah yang tertera pada kemasan.
Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman
cabai adalah Pseudomonas sp.
Upaya pengendalian selama
budidaya antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabai terserang,
melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin
sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Sebagai pencegahan, secara
biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70
hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super
glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman
cabai adalah Fusarium oxysporum.
Upaya pengendalian pada cabe
antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabai terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan
aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Sebagai pencegahan, secara
biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70
hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super
glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Busuk Phytophtora
Cendawan penyebab busuk
phytophtora pada tanaman cabai adalah Phytopthora infestans.
Pengendalian kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya
metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
diantaranya tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Busuk Kuncup
Penyakit busuk kuncup tanaman
cabe disebabkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum.
Pengendalian kimiawi selama
budidaya menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
diantaranya metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam
fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan diantaranya tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Bercak Cercospora
Cendawan penyebab bercak
cercospora tanaman cabe adalah Cercospora capsici.
Pengendalian kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya benomil,
metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida
kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya klorotalonil, azoksistrobin,
atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Antraknosa (Patek)
Cendawan penyebab penyakit
antraknosa pada tanaman cabe adalah Colletotrichum capsici dan Gloesporium
piperatum.
Pengendalian kimiawi pada
budidaya tanaman ini menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan diantaranya benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol,
atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin,
atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Virus
Virus yang menyerang tanaman cabe
diantaranya TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY. Virus merupakan penyakit
yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan budidaya tanaman terutama musim
kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman cabai mengerdil, daun
mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai
saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu
tanaman cabai ke tanaman cabai lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama
yang sangat berpotensi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu
kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik
melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat perempelan. Beberapa
upaya penanganan virus selama budidaya tanaman ini antara lain : membersihkan gulma
(gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular
virus, memusnahkan tanaman cabai terserang, menjaga kebersihan alat pertanian
dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan
penanganan selama proses budidaya.
Strategi Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman Cabai
Pengendalian hama gangsir, ulat
tanah, serta nematoda selama budidaya dilakukan secara bersamaan cukup satu
kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
Pengendalian hama ulat grayak, ulat
buah, kutu daun, kutu kebul, thrips, tungau, lalat buah dan penyakit pada
budidaya cabe menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian
bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan
menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).
PANEN CABE
Cabai merah dapat dipanen pada
umur 90-110 hst. Buah cabe dipanen adalah buah 80% masak
http://www.tanijogonegoro.com/2012/10/cara-praktis-budidaya-cabai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda untuk menambah silaturahim.