Minggu, 16 Februari 2025

mengenal Tanaman Pohon atau Bunga Tanjung


Tanjung (biasanya mengacu pada pohon atau bunga Mimusops elengi) adalah spesies pohon yang berasal dari Asia Tenggara dan India. Berikut beberapa detail tentang pohon dan bunganya:

Pohon Tanjung:
Nama Ilmiah: Mimusops elengi
Keluarga: Sapotaceae
Ukuran: Pohon ini bisa tumbuh hingga 15-25 meter tingginya, dengan batang yang lurus dan daun yang lebat.
Daun: Daunnya oval, berwarna hijau gelap, dan memiliki tekstur yang agak kasar di permukaan atasnya.
Habitat: Biasanya ditemukan di hutan tropis, tepi sungai, atau daerah yang lembab, sering kali di dataran rendah hingga sedang.

Bunga Tanjung:
Bentuk dan Warna: Bunga tanjung berbentuk kecil, berwarna putih, dan memiliki aroma harum yang kuat. Bunga ini sering digunakan dalam acara adat atau sebagai hiasan karena wangi dan keindahannya.
Kelopak: Bunga ini memiliki kelopak yang tebal dan bertahan lama, biasanya terdiri dari 5 kelopak.
Periode Berkembang: Bunga tanjung biasanya mekar sepanjang tahun, meski puncaknya sering terjadi pada musim kemarau.
Pembuahan: Setelah bunga dibuahi, akan menghasilkan buah yang kecil, berbentuk bulat, dan berwarna kuning saat matang. Buah ini bisa dimakan, meski tidak terlalu populer karena rasa yang agak hambar.

Kegunaan:
Kegunaan Tradisional: Di beberapa budaya, bunga tanjung digunakan dalam upacara adat, pembuatan minyak wangi, dan dalam obat tradisional untuk berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, sakit kepala, dan masalah kulit.
Estetika: Pohon tanjung sering ditanam sebagai pohon hias di taman karena keindahan bunganya dan aroma yang menyenangkan.

Jika Anda membutuhkan pohon atau bunga tanjung, bisa kunjungi link produk berikut :

Mengenal Tanaman Sayur Bayam Brazil Yang Populer Di Indonesia


Bayam Brazil, atau dikenal juga sebagai Alternanthera sissoo, adalah sejenis sayuran daun yang berasal dari Brazil dan Amerika Selatan. Berikut adalah detail tentang sayuran ini:

Morfologi:
Tinggi Tanaman: Bayam Brazil biasanya tumbuh hingga sekitar 30 cm tinggi, meskipun dapat mencapai 50 cm dalam kondisi optimal.
Daun: Daunnya berbentuk hampir bulat, bergelombang, berwarna hijau gelap, dan tidak berlendir. Ukuran daun berkisar antara 2.0-3.5 cm lebar.
Bunga: Memiliki bunga kecil yang berwarna putih, tetapi ini tidak sering ditemukan karena biasanya tanaman ini dipanen sebelum berbunga.
Akarnya: Akarnya tunggang dengan panjang sekitar 20-40 cm.

Budidaya:
Perkembangbiakan: Sangat mudah untuk dibudidayakan melalui keratan batang. Cukup dengan memotong batang sepanjang 6 cm dan menanamnya langsung ke dalam tanah.
Kondisi Tanam: Toleran terhadap berbagai kondisi pH tanah dan dapat tumbuh di tempat teduh parsial maupun di bawah sinar matahari penuh. Cocok untuk daerah tropis dan subtropis.
Perawatan: Tidak membutuhkan perawatan khusus; cukup disiram secara teratur dan diberi baja organik sesuai kebutuhan.

Kandungan Nutrisi:
Vitamin dan Mineral: Kaya akan vitamin A, C, K, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi, dan berbagai antioksidan seperti flavonoid, karotenoid, dan asam askorbat.
Serat: Mengandung serat yang cukup tinggi, bermanfaat untuk kesehatan pencernaan.

Manfaat Kesehatan:
Imunitas: Vitamin C yang tinggi membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Kesehatan Tulang: Vitamin K dan kalsium mendukung pembentukan dan kekuatan tulang.
Mata: Vitamin A baik untuk kesehatan mata, mencegah rabun senja.
Sistem Kardiovaskular: Nitrat dalam bayam Brazil membantu melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah.
Pencegahan Kanker: Antioksidan dalam sayuran ini diyakini bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.
Pencernaan: Seratnya membantu mencegah dan mengatasi sembelit.

Pengolahan:
Bayam Brazil dapat dimakan mentah sebagai ulam atau salad, direbus, ditumis, atau bahkan diolah menjadi keripik atau nugget. Daunnya rangup dan tidak berlendir, membuatnya cocok untuk berbagai jenis masakan.

Kepopuleran di Indonesia:
Meskipun kurang dikenal di masa lalu, popularitas bayam Brazil mulai meningkat di Indonesia karena manfaat kesehatannya dan kemudahannya dalam budidaya.

Bayam Brazil tidak hanya memberikan manfaat nutrisi tetapi juga mudah ditanam, menjadikannya pilihan yang baik bagi mereka yang ingin menambahkan sayuran segar ke dalam diet mereka atau untuk hobi berkebun.

Jika Anda ingin budidaya, silahkan kunjungi di  toko online kami :

Kamis, 13 Februari 2025

Kisah KH.As'ad Syamsul Arifin Saat Disuruh Mbah Kholil Bangkalan (Pada Tahun 1924)

Kisah KH.As'ad Syamsul Arifin Saat Disuruh Mbah Kholil Bangkalan (Pada Tahun 1924) 

Asalnya saya ini mengaji di pagi hari, dimarahi oleh kyai, karena saya tidak bisa mengucapkan huruf Ro'. Saya ini pelat (cadal). “Arrohman Arrohim…”

Kyai marah: “Bagaimana kamu membaca al-Quran kok seperti ini? Disengaja apa tidak?!”

“Saya tidak sengaja Kyai. Saya ini pelat.”

Kyai kemudian keluar (Kyai Kholil melakukan sesuatu). Kemudian esok harinya pelat saya ini hilang. Ini salah satu kekeramatan Kyai yang diberikan kepada saya.

Kedua, saya dipanggil lagi: “Mana yang cedal itu? Sudah sembuh cedalnya?”

“Sudah Kyai.”

“Ke sini. Besok kamu pergi ke Hasyim Asy’ari Jombang. Tahu rumahnya?”

“Tahu.”

“Kok tahu? Pernah mondok di sana?”

“Tidak. Pernah sowan.”

“Tongkat ini antarkan, berikan pada Hasyim. Ini tongkat kasihkan.”

“Ya, kyai.”

“Kamu punya uang?”

“Tidak punya, kyai.”

“Ini.”

Saya diberikan uang Ringgit, uang perak yang bulat. Saya letakkan di kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang masih ada. Tidak beranak, tapi berbuah (berkah). Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Saya simpan. Ini berkah. Ini buahnya.

Setelah keesokan harinya saya mau berangkat, saya dipanggil lagi: “Ke sini kamu! Ada ongkosnya?”

“Ada kyai.”

“Tidak makan kamu? Tidak merokok kamu? Kamu kan suka merokok?”

Saya dikasih lagi 1 Ringgit bulat. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5 Rupiah. Uang ini tidak saya apa-apakan. Masih ada sampai sekarang. Kyai keluar: “Ini (tongkat) kasihkan ya, (Kyai Kholil membaca QS. Thaha ayat 17-21):

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١

“Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”

Karena saya ini namanya masih muda. Masih gagah. Sekarang saja sudah keriput. Gagah pakai tongkat dilihat terus sama orang-orang. Kata orang Arab Ampel: “Orang ini gila. Muda pegang tongkat.”

Ada yang lain bilang: “Ini wali.”

Wah macam-macam perkataan orang. Ada yang bilang gila, ada yang bilang wali. Saya tidak mau tahu, saya hanya disuruh Kyai. Wali atau tidak, gila atau tidak terserah kamu.

Saya terus berjalan. Saya terus diolok-olok, gila. Karena masih muda pakai tongkat. Jadi perkataan orang tidak bisa diikuti. Rusak semua, yang menghina terlalu parah. Yang memuji juga keterlaluan. Wali itu, kok tahu? Jadi ini ujian. Saya diuji oleh Kyai. Saya terus jalan.

Sampai di Tebuireng, (Kyai Hasyim bertanya): “Siapa ini?”

“Saya, Kyai.”

“Anak mana?”

“Dari Madura, Kyai.”

“Siapa namanya?”

“As'ad.”

“Anaknya siapa?”

“Anaknya Maimunah dan Syamsul Arifin.”

“Anaknya Maimunah kamu?”

“Ya, Kyai”

“Keponakanku kamu, Nak. Ada apa?”

“Begini Kyai, saya disuruh Kyai (Kholil) untuk mengantar tongkat.”

“Tongkat apa?”

“Ini, Kyai.”

“Sebentar, sebentar…”

Ini orang yang sadar. Kyai ini pintar. Sadar, hadziq (cerdas). “Bagaimana ceritanya?”

Tongkat ini tidak langsung diambil. Tapi ditanya dulu mengapa saya diberi tongkat. Saya menyampaikan ayat:

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١

“Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”

"Alhamdulillah, Nak. Saya ingin mendirikan Jam’iyah Ulama. Saya teruskan kalau begini. Tongkat ini tongkat Nabi Musa yang diberikan Kyai Kholil kepada saya.”

Inilah rencana mendirikan Jam’iyah Ulama. Belum adaNahdlatul Ulama. Apa katanya? Saya belum pernah mendengar kabar berdirinya Jam’iyah Ulama. Saya tidak mengerti.

Setelah itu saya mau pulang. “Mau pulang kamu?”

“Ya, Kyai.”

“Cukup uang sakunya?”

“Cukup, Kyai.”

“Saya cukup didoakan saja, Kyai.”

“Ya, mari. Haturkan sama Kyai, bahwa rencana saya untuk mendirikan Jam’iyah Ulama akan diteruskan.”

Inilah asalnya Jam’iyatul Ulama.

Tahun 1924 akhir, saya dipanggil lagi oleh Kyai Kholil: “As'ad, ke sini! Kamu tidak lupa rumahnya Hasyim?”

“Tidak, Kyai.”

“Hasyim Asy'ari?”

“Ya, Kyai.”

“Di mana rumahnya.”

“Tebuireng.”

“Dari mana asalnya?”

“Dari Keras (Jombang). Putranya Kyai Asy’ari Keras.”

“Ya, benar. Di mana Keras?”

“Di baratnya Seblak.”

“Ya, kok tahu kamu?”

“Ya, Kyai.”

“Ini tasbih antarkan.”

“Ya, Kyai.”

Kemudian diberi uang 1 Ringgit dan rokok. Saya kumpulkan. Semuanya menjadi 3 Ringgit dengan yang dulu. Tidak ada yang saya pakai. Saya ingin tahu buahnya.

Terus, pagi hari Kyai keluar dari Langgar: “Ke sini, makan dulu!”

“Tidak, Kyai. Sudah minum wedang dan jajan,”

“Dari mana kamu dapat?”

“Saya beli di jalan, Kyai”

“Jangan membeli di jalan! Jangan makan di jalan! Santri kok makan di jalan?”

“Ya, Kyai.”

Saya makan di jalan dimarahami. Santri kok menjual harga dirinya? Akhirnya saya ditanya: “Cukup itu?”

“Cukup, Kyai.”

“Tidak!”

Diberi lagi oleh Kyai. Dikasih lagi 1 Ringgit. Saya simpan lagi. Kemudian tasbih itu dipegang ujungnya: “Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar.” Jadi Ya Jabbar 1 kali putaran tasbih. Ya Qahhar 1 kali putaran tasbih. Saya disuruh dzikir.

“Ini.”

Disuruh ambil. Saya tengadahkan leher saya. “Kok leher?”

“Ya, Kyai. Tolong diletakkan di leher saya supaya tidak terjatuh.”

“Ya, kalau begitu.”

Jadi saya berkalung tasbih. Masih muda berkalung tasbih. Saya berjalan lagi, bertemu kembali dengan yang membicarakan saya dulu: “Ini orang yang megang tongkat itu? Wah.. Hadza majnun.” Ada yang bilang "wali", ya seperti tadi. Jadi saya tidak menjawab. Saya tidak bicara kalau belum bertemu Kyai. Saya berpuasa. Saya tidak bicara, tidak makan, tidak merokok, karena amanatnya Kyai. Saya tidak berani berbuat apa-apa. Sebagaimana kepada Rasulullah, ini kepada guru. Saya tidak berani. Saya berpuasa. Saya tidak makan, tidak minum tidak merokok. Tidak terpakai uang saya.

Ada yang narik: “Karcis! karcis!”

Saya tidak ditanya. Saya pikir ini karena tasbih dan tongkat. Saya pura-pura tidur karena tidak punya karcis. Jadi selama perjalanan 2 kali saya tidak pernah membeli karcis. Mungkin karena tidak melihat saya. Ini sudah jelas keramatnya Kyai. Jadi Auliya' itu punya karomah. Saya semakin yakin dengan karomah. Saya semakin yakin.

Saya lalu sampai di Tebuireng, Kyai (Hasyim) tanya: “Apa itu?”

“Saya mengantarkan tasbih.”

“Masya Allah, Masya Allah. Saya diperhatikan betul oleh guru saya. Mana tasbihnya?”

“Ini, Kyai.” (dengan menjulurkan leher).

“Lho?”

“Ini, Kyai. Tasbih ini dikalungkan oleh Kyai ke leher saya, sampai sekarang saya tidak memegangnya. Saya takut su'ul adab (tidak sopan) kepada guru. Sebab tasbih ini untuk Anda. Saya tidak akan berbuat apa-apa terhadap barang milik Anda.”

Kemudian diambil oleh Kyai: “Apa kata Kyai?”

“Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar.”

“Siapa yang berani pada NU akan HANCUR.
Siapa yang berani pada ulama akan HANCUR.” Ini dawuhnya.

ALLAHUMMA sholli 'alaa sayyidina muhammad wa angzilhu almaq 'ada almuqorrobba 'indaka yaumal qiyyamah
wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa barrik wa sallim ajma'iin..

Wallahu a'lam bishawab.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد في الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ وَفِي الْمَلأِ الأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ

Rabu, 05 Februari 2025

Cara Membuat Channel Saluran Di WhatsApp

Untuk membuat saluran Chanel di WhatsApp, Anda harus memiliki akun WhatsApp Business. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat saluran Chanel di WhatsApp:

Langkah-langkah Membuat Saluran Chanel di WhatsApp
1. Unduh dan Instal WhatsApp Business: Jika Anda belum memiliki WhatsApp Business, unduh dan instal aplikasi tersebut dari Google Play Store atau App Store.

2. Verifikasi Nomor Telepon: Pastikan Anda memiliki nomor telepon yang aktif dan verifikasi nomor tersebut di WhatsApp Business.

3. Buat Profil Bisnis: Lengkapi profil bisnis Anda dengan informasi yang akurat, seperti nama bisnis, alamat, dan deskripsi.

4. Aktifkan Fitur Chanel: Pastikan Anda memiliki fitur Chanel yang diaktifkan di WhatsApp Business. Jika tidak, Anda dapat menghubungi tim dukungan WhatsApp untuk meminta bantuan.

5. Buat Saluran Chanel: Setelah fitur Chanel diaktifkan, buat saluran Chanel baru dengan mengklik tombol "Buat Saluran" di aplikasi WhatsApp Business.

6. Tentukan Nama dan Deskripsi Saluran: Beri nama saluran Chanel Anda dan tambahkan deskripsi singkat tentang apa yang akan dibagikan di saluran tersebut.

7. Konfigurasi Pengaturan Saluran: Atur pengaturan saluran, seperti memilih apakah saluran akan bersifat publik atau pribadi, dan menentukan siapa yang dapat bergabung dengan saluran.

8. Bagikan Saluran: Bagikan tautan saluran Chanel Anda dengan orang lain, sehingga mereka dapat bergabung dan menerima pembaruan dari saluran tersebut.

Tips
- Pastikan Anda mematuhi kebijakan dan pedoman WhatsApp saat membuat dan mengelola saluran Chanel.
- Gunakan saluran Chanel untuk berbagi informasi yang relevan dan bermanfaat dengan audiens Anda.
- Jangan lupa untuk memantau dan merespons komentar dan pertanyaan dari pengikut saluran Chanel Anda.
Itulah cara membuat Chanel saluran di WhatsApp, semoga bermanfaat.